Tuesday, May 29, 2012

Dinasti Umayyah

Telah dipresentasikan dalam mata kuliah telaah materi SKI dan direfisi oleh:
Maria Ulfah
Yanto
untuk mengunduh file dalam bentuk power point dapat klik disini
diedit oleh Arief Rahman

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Jauh sebelum kelahiran Islam, dunia sudah diliputi berbagai konflik antar bangsa yang tidak lain merupakan saling perebutan kekuasaan untuk perluasan wilayah dan menjadikan dunia tunduk pada satu kekuatan yang pada saat itu berada pada bangsa Eropa yang maju dalam berbagai bidang. Bahkan bangsa Arab pun pada saat itu sempat menjadi sasaran untuk bergabung di bawah kekuatan bangsa Eropa. Perebutan kekuasaan dan perluasan wilayah ini terus berlangsung sampai pada zaman lahirnya Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Bahkan pada masa Nabi Muhammad SAW, nabi pun juga melakukan sebuah ekspansi bukan karena kekuasaan namun beliau menyeru para raja berbagai bangsa untuk menerima dan memeluk Islam pada saat itu dengan ajakan yang baik serta meluaskan wilayah Islam dan ini terbukti sepeninggal Nabi yang mana para sahabat Nabi mampu meluaskan wilayah Islam dengan menakhlukan wilayah-wilayah di Asia Timur bahkan bangsa Eropa seperti Romawi dan Persia. Pada saat itulah Arab-Muslim merupakan pewaris peradaban terbesar yang merupakan sebagai catatan sejarah. Hal ini terus berguling sampai pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abu Thalib banyak kekacauan yang terjadi yakni adanya upaya untuk menggulingkan Ali dari kedudukannya sebagai khalifah dan tentunya adanya pihak yang semakin tajam dan berambisi sebagai penguasa atas imperium muslim karena konflik yang terjadi dengan ali yakni Muawiyah yang merupakan anggota keturunan dari Bani Umayyah yang sudah lama selalu bersaing dengan Bani Hasyim baik dalam hal kedudukan, kekuasaan dan sebagainya. Sebagaimana yang telah dikethui Ali merupakan dari Bani Hasyim. Dari rencana dan berbagai tipu daya Muawiyah, ia berhasil mengambil kedudukan Ali. Maka, pada saat itulah umat muslim berada pada satu kekuasaan dan kekuatan yakni dengan berdirinya secara resmi Dinasti Umayyah.
Bgaimanakah latar belakang dari berdirinya Dinasti tersebut dan Biografi para khalifahnya?, maka akan dibahas pada bab selanjutnya berserta analisisnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Berdirinya Khalifah Bani Umayyah
Bani umayyah adalah keturunan Umayyah bin Abdul Syams, salah satu pemimpin dalam kabilah suku Quaraisy. Abdul Syams adalah saudara dari Hasyim, sama-sama keturunan Abdul Manaf. Dari Bani Hasyim inilah lahir Nabi Muhammad Saw. Di masa sebelum Islam, Bani Umayyah selalu bersaing dengan Bani Hasyim. Pada waktu itu, Bani Umyyah lebih berperan dalam masyarakat mekah. Hal ini disebabkan, mereka menguasai pemerintahan dan perdangan yang banyak bergantung kepada pengujung ka’bah. Di pihak lain, Bnai Hasyim adalah orang-orang yang berekonomi sederhana. Dengan berkembangnya agama Islam, bani umayyah merasa bahwa kekuasaannya terancam. Oleh sebab itu, mereka menjadi penentang utama dalam perjuangan Nabi Muhammad Saw. Abu sufyan bin Harb, adalah salah satu anggota bani umayyah yang beberapa kali menjadi pemimpin suku Quraisy mekah dalam peperangan melawan Nabi Muhammad Saw. Setelah Islam menjadi kuat dan mampu merebut mekah, Abu sufyan dan pihaknya menyerah. Peristiwa itu dinamakan Fathul Mekah dan terjadi pada tahun 8 Hijrah. Akhirnya, Abu Sufyan bin Harb dan anaknya Muawiyah bin Abu Sufyan memeluk Islam. Peristiwa ini menjadi awal berperannya Bani Umayyah dalam sejarah Islam.
Di masa khalifah Abu Bakar as-Sidiq, bani Umayyah merasa rendah karena kelas mereka berada di bawah kelas kaum ansar dan muhajirin. Abu Bakar menyatakan bahwa mereka adalah angkatan yang paling kemudian masuk Islam, dan untuk menjadi setingkat dengan kedua kaum tersebut, mereka harus perang dalam membela Islam. Ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah, mereka dikirim untuk bererang melawan orang-orang bizantium, kemudian ditempatkan di Suriah, yazid bin Abu Sufyan diangkat menjadi gubernur di sana, kemudian saudaranya, muawiyah. Peranan muawiyah bertambah besar pada masa khalifah Usman bin Affan. Salah satu sebabnyanya adalah Usman bin Affan juga anggota Bani Umayyah. Saat itu Muawiyah menjabat gubernur di Suriah.
Usman terbunuh dalam suatu hura-hura yang ditimbulkanoleh pihak yang tidak puas terhadap pemerintahannya, sebagai penggantinya, Ali bin Abi Thalib dari Bani Hisyam menjadi khalifah. Muawiyah menolak mengakui  khalifah Ali, dan ketika Ali tidak bertindak menghukum para pembunuh Usman, ia menyatakan diri sebagai pnuntut balas darah Usman dan sekaligus sebagai pewaris jabatanya.
Perselisihan antara Ali bin Abi Thalib denga muawiyah bin Abi Sufyan akhirnya pecah menjadi perang siffin. Perang tersebut diakhiri peristiwa tahkim yang menyebabkan munculnya kelompok al-Khawarij, yaitu kelompok di pihak Ali bin Abi Thalib yang tidak menerima hasil tahkim.  Perselisihan tersebut berakhir dengan terbunuhnya khalifah Ali bin Abi Thalib, pemerinh dilanjutkan oleh putranya, Hasan  bin Ali. Akan tetapi, pemerintahanhasan bin Ali hanya bertahan beberpa bulan saja. Posisinya yang semakin lemah, keinginan untuk mnyatukan seluruh umat Islam, membuat ia menyerahkan pemerintahan kepada Muawiyah bin Abu Suyan.
Peristiwa penyerahan dari Hasan bin Abi Thalib kepada Muawiyah itu terkenal dengan sebutan Amu jamaah atau tahun bersatunya umat Islam. Sebelum penyerahan kekuasaan terjadi, Hsan bin Ali meminta beberpa syarat yang harus dipenuhi oleh muawiyah, yaitu sebagai berikut.
1.        Muawiyah dimohon menjaga nama baikAli bin Abi Thalib dan keluarganya.
2.        Muawiyah diminta menjaga keselamatan Hsan dan keluarganya.
3.        Bila muawiyah wafat, kekhalifahan diserahkan kepada musyawarah di antara kaum muslimin.
4.        Pajak tanah di negeri Ahwaz diserahkan pada Hasan setiap tahun.
5.        Muawiyah diwajiban menyerahkan uang sebesar 2 juta dirham kepada Husen adiknya Hasan
Muawiyah menerima syarat tersebut pada bulan Rabiul akhir tahun 41 H/661 M. sejak saat itu, secara resmi pemerintahan dipegang oleh muawiyah. Kemudian memindahkan pusat kekuasaan dari Madinah ke Damaskus (Suriah).
Setelah dipimpin Muawiyah, terjadi perubahan dalam sistem pemerintahan, yaitu dari system demokrasi menjadi system monarki (kerajaan). Ciri-ciri system monarki (kerajaan) adalah sebagai berikut
1.        Raja dalah penguasa tunggal yang wajib ditaati oleh selurh rakyat.
2.        Raja memeliki hak penuh untuk menentukkan dan melaksanakan suatu ketetapan hokum sesuai dengan kemauan sendiri.
3.        Rakyat berfungsi sebagai pembantu raja yang harus dimuliakan, diimakmurkan, dan dicukupi semua kebutuhan.
4.        Semua pendapat dan keinginan rakyat hamper tidak pernah diberi kesempatan untuk mengungkapakan.
Bani Umayyah memegang kekuasaanIslam selama sembilan puluh tahun dengan pusat pemerintahan di Damaskus. Selama kurun waktu tersebut pemerintah di  pegang oleh empat belas orang khlifah, khalifah-khalifah itu adalah sebagai berikut
1.        Muawiyah bin Abi Sufyan (Muawiyah I )- (661M-680M)
2.        Muawiyah bin muawiyah (yazid i)-(680M-683M)
3.        Muawiyah bin Yazid (Muawiyah II)-(683M-684M)
4.        Marwan bin Hakam (Marwan I)-(684M-685M)
5.        Abdul Malik bin Marwan- (685M-705M)
6.        Al-Walid bin Abdul Malik (Al-Walid I)-(705M-715M)
7.        Sulaiman bin Abdul Malik- (715 M-717M)
8.        Umar bin Abdul Azis (Umar II)-(717M-720M)
9.        YAZID BIN Abdul Malik –( Yazid II)-(720M-724M)
10.    Hisyam bin Abdul Malik-(724M-743M)
11.    Al-Walid bin Yazid (Al-Walid II)-(734M-744M)
12.    Yazid bin Walid (Yazid III)-(744M)
13.    Ibrahim bin Walid-(744M)
14.    Marwan bin Muhammad (Marwan II)-(744M-750M).

B.       Mu’awiyah bin Abi Sufyan
Muawiyah bin abu sufyan adalah bangsawan Qurasisy, pendiri dan khalifah pertama Dinasti Umayyah. Sebagai keturunan Abdi Manaf, Muawiyah mempunyai hubungan keluarga dengan Nabi Muhammad saw. Karier politiknya dimulai ketika ia diangkat oleh Khulafaur Rasyidin sebagai panglima pasukan angkatan perang.
Ia memerintah selama sembilan belas tahun (661M-680M). pada masa pemerintahannya. Islam menyebarkan ke arah barat dan timur. Di bidang pemerintahan, Muawiyah bin Abu Sufyan mendirikan pos dinas untuk memperlancar administrasi pusat dengan daerah. Di bidang perekonomian, ia mencetak mata uang. Selanjutnya di bidang hukum, ia memunculkan profesi qadi yang bertugas untuk memutuskan hukum dalam permasalahan-permasalahan yang muncul di kalangan umat Islam.

C.      Abdul Malik bin Marwan
Abdul Malik bin Marwan memmerintah selama dua puluh tahun (685M-705M). pada masa pemerintahannya, tentara Islam bergerak lebih jauh ke timur. Di samping perluasan wilayah, ia juga mengubah mata uang Byzantium dan Persia menjadi mata uang bertulisan kata dalam huruf arab. Selain itu, ia juga menjadikan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi dalam administrasi Negara.
D.      Hisyam bin Abdul Malik
Hisyam bin Abdul Malik memerintah selam sembilan belas tahun (724M-743M). pada masa pemerintahan, Bani Umayyah mengalami kemunduran. Hal itu di sebabkan banyak kerusuhan dan gerakan yang melawan khalifah. Di antara gerakan yang paling kuat adalah gerakan dari Bani Hasyim yang di dukung oleh kaum Malawi. Hisyam bin Abdul Malik sebenarya merupakan khalifah yang cakap. Ia banyak melakukan pembenahan dalam pemerintahannya. Akan tetapi, gerakan perlawanan pada waktu itu sudah sedimikian kuat. Selain itu, sepeninggalan Hisyam ibn Abd al-Malik, khalifah-khalifah Bani Umayyah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin memperkuat golongan oposisi. Akhirnya, pada tahun 750M, Daulat Umayyah digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim al-Khurasani. Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah, melarikan diri ke mesir, ditangkap dan dibunuh di sana. [1]

E.       Biografi Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aiz lahir di madinah pada tahun 63H/682M dan wafat di Dair Sam’an suriah pada tahun 101H/720M. Nama lengkapnya adalah Abu Hafs Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Hakam bin As bin Umayyah bin Abdul Syams. Ia adalah keturunanan Umar bin Khattab melalui ibunya yang bernama, Laila Ummu Asim binti Asim bin Umar bin Khattab. Ia lahir ketika ayahnya Abdul Aziz menjadi gubernur di Mesir.[2]
Pada waktu kecil, Umar bin Abdul Aziz sering berkunjung kerumah pamannya dari ibunya, Abdullah bin Umar bin Khattab. Setiap kembali dari rumah Abdullah bin Umar bin Khattab, ia sering mengatakan kepada ibumya bahwa ia ingin hidup seperti kakeknya, Umar bin Khattab. Umar bin Abdul Aziz menghabiskan sebagian hidupnya di madinah hingga  ayahnya wafat tahun 704 M. kemudian, pamanya yang bernama Abdul Malik bin Marwan membawanya ke Damaskus dan menikahkannya dengan putrinya, fatimah.
Umar bin abdul Aziz memperoleh pendidikan di Madinah. Pada waktu itu, kota Madinah merupakan pusat ilmu pengetahuan serta gudanga para ulama hadis dan tafsir. pendidikan yang ia peroleh sangat mempengaruhi kehidupan pribadinya dalam melaksanakan tugasnya sebagai Khalifah Dinasti Umayyah.
Pada masa pemerintahan al-Walid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi Gubernur Hijaz yang berkedudukan di Madinah. Ketika itu, ia baru berumur 24 tahun. Ketika masjid Nabawi dibongkar atas perintah al-Walid bin Abdul Malik untuk diganti dengan bangunann yang baru, Umar bin Abdul Aziz dipercaya sebagai pengawas pelaksana pembangunanan.
Penampilan Umar bin Abdul Aziz sebagai Gubernur sangat berbeda dengan gubernur yang lain. Ia dikenal sebagai gubernur yang adil, bijaksana, mengutamakan dan memperhatikan kepentingan rakyat, serta mau mendiskusikan berbagai masalah penting yang berkaitan dengan agama, urusan rakyat, dan pemerintahan.
Umar bin Abdul Aziz menjadikan khalifah Dinasti Umayyah berdasarkan wasiat khalifah Dinasti Umayyah sebelunya, Sulaiman bin Abdul Malik. Setelah menjadi khalifah, terjadi suatu perubahan atas dirinya. Khalifah Umar bin Abdul aziz meninggalkan cara hidup bermewah-mewahan dan menjadi seorang yang zahid dan abid. Ia selalu melakukan cara hidup yang ketat atas diri dan keluarganya.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengembalikan semua harta yang ada pada dirinya ke baitulmal. Berlian yang ada pada istrinya dikembalikan ke baitulmal. Ia mengharamkan atas dirinya untuk mengambil apa pun dari baitulmal.[3]

BAB III
ANALISIS
A.      Dari Segi Alokasi Waktu
Untuk materi pelajaran SKI tersebut khususnya tentang Dinasti Umayyah dan biografi 4 khalifah yang paling menonjol dari khalifah lainnya yakni seperti mu’awiyah bin Abi Sufyan, Abdul Malik bin Marwan, Umar bin Abdul Aziz, dan Hisyam bin Abdul Malik. Berdasarkan dengan alokasi waktu pembelajaran yang sudah baku di sekolah yakni 2 × 40 menit, menurut hemat penulis penyampaian materi dengan alokasi waktu tersebut kepada siswa merupakan waktu yang cukup. Hal ini pertama dikarenakan melihat materi yang cukup singkat tidak terlalu panjang namun sudah direfress sedemikian rupa.

B.       Dari Segi Kesesuaian Isi Materi dengan Peserta Didik
Isi materi mengenai dinasti umayyah dan khalifahnya, materi ini cukup sesuai untuk diterima dan dipahami oleh peserta didik karena penjelasan isi sejarahnya cukup ringkas. Namun, menurut penulis alangkah baiknya apabila suatu sejarah digambarkan dengan rinci dan jelas, sehingga peserta didik tidak memperoleh pengetahuan sejarahnya sebahagian atau sedikit-sedikit. Hal ini mengingat akan suguhan buku sejarah Islam yang di ajarkan di sekolah-sekolah kebanyakan hanya memuat secara global.
Maka dari itu, penulis merasa dengan suguhan buku yang menceritakan sejarah Islam dengan jelas dan mendetail ini malah akan menambah banyak pengetahuan peserta didik baik untuk cerminan masa kini maupun masa akan datang karena dengan pengetahuan yang setengah-setengah akibatnya akan terjadi kerancuan dalam memahami sejarah.
Mengingat akan materi tersebut kurang mendetail, maka kiranya perlulah ditambahkan penjelasannya. Jadi, materi yang merupakan bahan ajar yang akan diadopsi aleh peserta didik maka kiranya perlu mempertimbangkan keadaan peserta didik.

C.      Dari Segi Isi Materi
Materi tersebut uraiannya sudah cukup jelas, namun pada pengungkapan sejarah berdirinya dinasti umayyah dan biografi khalifahnya kurang rinci pada setiap penjelasannya, maka penulis perlu menambahkan materi tersebut dari sumber lainnya mengenai hal tersebut.
1.        Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah
Nama Daulah Umayyah atau kerajaan Bani Umayyah ini berasal dari nama salah seorang pemimpin kabilah Quraisy di zaman Jahiliyah, yaitu Umayyah Ibnu Abdi Syams Ibnu Abdi Manaf.
Sejak zaman Jahiliyah, Umayyah telah menunjukkan gejala-gejala permusuhan dikalangan keluarganya sendiri, yaitu dengan saudara-saudara sepupunya dari keturunan Bani Hasyim. Latar belakang permusuhan ini dikarenakan persaingan kedudukan, pangkat dan lain sebagainya di dalam masyarakat. Peristiwa menyedihkan ini samapai dengan kedatangan Nabi Muhammad Saw. Yang mana beliau adalah keturunan dari Bani Hasyim. Tetapi pada akhirnya mereka terpaksa menyerah dan masuk Islam, karena pengikut Rasulullah semakin hari semakin banyak dan kota Mekkah telah ditaklukan oleh kaum muslimin. Kemudian setelah mereka Islam, Bani Umayyah ini merupakan golongan yang terkuat membela Islam untuk memerngi orang-orang kafir dan orang-orang murtad.[4]
Mu’awiyah adalah keturunan yang ketiga dari Umayyah. Umayyah beranak Harb, harb beranak Sakr yang bergelar Abu Sufyan dan Abu Sufyan beranak Mu’awiyah.[5]
Mu’awiyah inilah nantinya yang merupakan sosok yang sangat berperan dalam menyusun dan menggalang kekuatan untuk mengambil alih kekhalifahan dan mendirikan dinasti yakni dinasti umayyah.
Pada masa Umar, umayyah sudah terpilih diangkat menjadi gubernur di daerah Syam. Ini merupakan sebuah awal dari kesempatan baik yang mereka peroleh. Namun, dari serentetatan perjuangan Bani Umayyah ini, pada teorinya mereka telah berdiri sejak pengangkatan Syaidina Ustman bin Affan sebagai Khalifah ke-III sebab beliau ini adalah keturunan Bani Umayyah. Tentunya ini merupakan salah satu memperkuat kedudukan Mu’awiyah, karena Ustman bin Affan mengangkat para gubernur dari para kerabatnya sendiri. Justeru dari itulah mu’awiyah menggunakan kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya untuk meletakkan/menanamkan benih-benih kekuasaan mereka di dalam khalifah Ustman.
Khalifah Ustman mati terbunuh akibat pemberontakkan yang sebagian merasa tidak puas dengan pemerintahannya. Maka, kemudian naiklah Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah menggantikan Ustman. Mu’awiyah yang merupakan keturunan Bani Umayyah ini tidak mengakui akan kekhalifahan Ali, karena semenjak ustman masih hidup pun kedua bani tersebut, Bani umayyah dan Bani Hasyim saling kecemburuan dan masih menanam persaingan. Konflik ini semakin meruncing yang mana untuk mengatasi politik yang sedang kacau Ali menempuh kebijakan lainnya dengan mengganti seluruh pejabat gubernur hal ini guna menghentikan gerakan pemberontakkan. Namun, Mu’awiyah sebagai gubernur Syria dengan tegas menolak perintah tersebut, maka dari sinilah semakin tajam persaingan dan permusuhan Ali dan mu’awiyah. akibat dari itu pula semakin tajam ambisi mu’awiyah untuk memperoleh kedudukan sebagai khalifah, yang mana sejak sedari menjadi gubernur ia sudah menyusun sebuah kekuatannya.
Upaya strategis yang ditempuh Mu’awiyah untuk merebut kekuasaan dan sekaligus mendirikan dinasti umayyah antara lain sebagaimana disampaikan berikut ini:
Pertama, pembentukkan kekuatan militer di syiria. Selama dua puluh tahun menjabat, langkah strategis yang ditempuh antara lain merekrut tentara bayaran baik dari masyarakat asli syiria maupu dari emigrant Arab yang mayoritas dari keluarganya sendiri, juga merekrut lawan-lawan politiknya yang cakap. Ia tidak segan-segan menghamburkan harta kekayaan untuk tujuan merekrut unsur di atas. Ia juga menjanjikan kedudukan penting kepada tokoh sahabat jika kelak berhasil merebut kekuasaan sebagai khalifah. Kedua, Politisi tragedi pembunuhan Ustman. Pada masa pemerintahan Ali, Mu’awiyah berjuang memojokkan sang khalifah dengan melancarkan serangan dilematis yang sukar dicari jalan pemecahannya yakni bahwa Ali harus mengusut dan menghukum pihak-pihak yang terlibat dalam pembunuhan khlifah Ustman dan apabila Ali tidak memenuhi maka ia dianggap bersekongkol dengan pemberontak yang membunuh Ustman. Politisasi tragedy tersebut sangat efektif untuk menumbuhkan simpati dan fanatisme masyarakat Syiria dalam mendukung perjuanagan Mu’awiyah. Ketiga, tipu muslihat dalam arbitrase. Arbitrase yang diusulkan oleh pihak Mu’awiyah merupakan bagian dari langkah strategis untuk memecah belah kekuatan Ali. Keputusan Ali menerima ajakan perundingan tersebut mengecewakan sebagian pengikutnya karena mereka merasa hampir menang dalam peperangan.[6]
Dengan strategi politik yang dilakukan Mu’awiyah tersebut sampai pada akhirnya terbunuhnya Ali. Maka, pemerintahan dilanjutkan oleh Hasan.
Hasan tidak lama menjabat sebagai khalifah, untuk kemudian menyerahkan jabatan kepada pesaingnya yang lebih cakap dan menghabiskan sisa hidupnya di Madinah dengan tenang dan nyaman. Ia mengambil langkah itu setelah diiming-imingi janji bahwa Mu’awiyah akan memberinya subsidi dan pensiun seumur hidup sebesar lima juta dirham dari perbendaharaan Kufah, ditambah pemasukan dari sebuah distrik di Persia.[7]
Serentetan kejadian di atas, dengan demikian berpindahlah jabatan  khalifah kepada Mu’awiyah. Dan dari sinilah asal mulanya berdiri dan berkuasanya Daulah Umayyah, yaitu mulai tahun 40 H-132 H (92 Tahun).

2.        Biografi Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan
Muawiyah bin Abi Sufyan merupakan pendiri Dinasti bani Umayyah. Muawiyah masuk Islam pada saat peristiwa Fathu Makkah.
Nama         : Muawiyah
Julukan       : Abu Abdurrahman
Lahir          : tahun 606 M ( tahun ke-5 sebelum kenabian)
Ayah          : Abu Sufyan
Ibu             : Hindun
Silsilah ayah dan ibu bertemu pada : Abdu Syam
Silsilah Muawiyah dan Nabi Muhammad bertemu pada : Abdi Manaf[8]
Mu’awiyah adalah orang yang panjang akal, cerdik, cendekia lagi bijaksana, luas ilmu dan siasatnya terutama dalam urusan dunia pandai mengatur pekerjaan, ahli hikmat, lemah lembut, fasih lidahnya dan berarti tutur katanya, dermawan dan gila kekuasaan.[9]

3.        Biografi Khalifah Abdul Malik bin Marwan
Abdul Malik bin Marwan merupakan kholifah Dinasti Bani Umayyah yang ke-5, karena jasanya beliau juga dianggap sebagai pendiri Dinasti Bani Umayyah yang ke dua setelah Muawiyah.
Nama         : Abdul Malik
Julukan       : Abul Muluk (ayah dari para raja)
Lahir          : 26 H – masa pemerintahan Kholifah Utsman
Ayah          : Marwan bin Hakam
Ibu             : A’isyah binti Muawiyah
v Sifat-Sifat Abdul Malik bin Marwan
Pemberani
Pada awal masa pemerintahannya banyak terjadi pemberontakan-pemberontakan yang hampir saja meruntukan pemerintahannya, namun dengan keberanian beliau pemberontakan tersebut dapat ditumpas
Cerdas
Beliau adalah seorang yang sangat cerdas, menguasai berbagai ilmu pengetahuan agama seperti Hadist, Fiqih, Tafsir dll.
Cinta ilmu Pengetahuan
 Sejak kecil beliau sudah hafal Al-Qur’an.
 Beliau belajar Al-Qur’an kepada sahabat Utsman. Dan belajar Ilmu Hadist kepada sahabat Abu Hurairah.

4.        Biografi Khalifah Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aziz adalah Kholifah Dinasti Bani Umayyah yang ke-8, beliau merupakan Kholifah Dinasti Bani Umayyah yang paling adil, karena dapat menjalin kerjasama dengan golongan Syi’ah sehingga tidak terjadi pemberontakan
Nama         : Umar (julukan Umar II)
Lahir          : 63 H. di daerah Halwan (Kairo-Mesir)
Ayah          : Abdul Aziz bin Abdul Malik
Ibu             : Ummu Ashim binti Ashim bin Umar bin Khotob
Beliau belajar Al-Qur’an kepada ayahnya sendiri Abdul Aziz, dan Ubaidillah bin Abdullah
Beliau belajar Hadist kepada Sahabat Anas bin Malik, Abdullah b. Ja’far b. Abi Tholib, sedangkan para ulama’ ahli Hadist yang banyak belajar dari beliau antara lain : Muhammad b. Syihab Az-Zuhri, Raja’ bin Haiwah dll.

5.        Biografi Khalifah Hisyam bin Abdul Malik
Hisyam bin Abdul Malik adalah Kholifah Dinasti Bani Umayyah yang ke-10. beliau dilahirkan pada tahun 70 H. sejak kecil beliau tinggal di kota Ar-Rushafah yang terletak di tepi sungai Eufrat.
      Beliau termasuk salah seorang kholifah yang cerdas, tegas dan pemurah sehingga Dinasti Bani Umayyah dapat mencapai berbagai kemajuan di berbagai bidang pada masa pemerintahannya.
v Sifat-sifat Hisyam bin Abdul Malik
·           Taqwa
Suatu hari ia mencari putranya yang tidak dilihatnya sholat Jum’at, kemudian ia bertanya “ apa sebabnya engkau tidak shalat?” putranya menjawab “hewan kendaraanku telah mati” Hisyam menyahut “tidak sanggupkah engkau berjalan kaki?”

·           Penyantun
Diriwayatkan bahwa suatu ketika pernah ada seseorang yang mengucapkan perkataan kasar kepadanya, namun ia tidak menghukum atau membalas perkataan kasar tersebut, ia hanya berkata “ tak patut engkau berkata kasar kepada pemimpinmu”
·           Teliti
Hisyam adalah salah seorang kholifah Dinasti bani Umayyah yang terkenal teliti dalam mengeluarkan uang. Beliau tidak mau mengeluarkan uang untuk hal-hal yang tidak berguna, apalagi menghambur-hamburkannya
·           Tegas
Hisyam selalu bersifat tegas terhadap para pemberontak terutama golongan Syi’ah, oleh karena itu pada masa pemerintahannya banyak sekali para pendukung orang-orang syi’ah yang dihukunya.
·           Cerdas
Beliau sangat cermat dalam memilih para gubernur di berbagai wilayah kekuasaannya, dengan cara memilih orang-orang yang sanggup menjalankan kekuasaan dengan bijaksana. Apabila ada gubernur yang menyeleweng maka ia akan segera mengganti dengan gubernur yang lebih mampu. Oleh karena itu pada masa pemerintahannya, ia sering memecat gubernur di berbagai daerah.[10]
Berdasarkan dari beberapa literatur yang telah penulis temukan dan dituangkan pada pemaparan di atas, menurut hemat penulis sejarah awal dari berdirinya dinasti umayyah tidak lain merupakan pemikiran yang bertumpu pada kebesaran kerajaan, yang berarti semangat dan keinginan untuk memiliki kekuasaan yang mana kekuatan tersebut bermain pada keamanan (militer) dalam membentuk kekuasaannya menjadi korban dan berwibawa. Sebab hal ini merupakan suatu kewajaran, karena sejak awal Umayyah sebelum kedatangan Nabi hingga sampai pada khalifah yang terakhir juga menginginkan suatu kedudukan, sampai pada masa Umar Mu’awiyah sebagai keturunan ketiga bani Umayyah ini sudah konsentrasi pada pengembangan kekusaan hingga pada titik akhir pada masa Ali, Mu’awiyah habis-habisan menggunakan siasatnya yang pada akhirnya posisi sebagai khalifah di raihnya, maka berdirilah Dinasti Umayyah. Walau pun dalam pembentukkan berdirinya Dinasti Umayyah tersebut yang sangat menyedihkan karena caranya yang salah, tidak dipungkiri sebagian para khalifahnya memerintah dengan baik dan benar berpegang kepada hak-hak yang digariskan Allah dan Rasul-Nya. Maka, dapat dikatakan ada sisi positif dan negatifnya.

BAB IV
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari paparan materi di atas dapat disimpulkan bahwa berdirinya Dinasti Umayyah merupakan awal mula langkah yang berpangkal pada ekspansi kekuasaan dengan tipu daya politik yang begitu licin dan sempurna yakni dengan beberapa faktor yang mendukung seperti: pendekatan kemiliteran, ekonomi, dan merapatkan lawan ke dalam barisannya.
Ada pun grand konsep pemerintahan yang dijalankan Dinasti Umayyah tersebut yakni smenganut sistem Monarchi Absolut. Yang mana sistem ini lebih mengarah hanya kepada semata-mata pemerintahan duniawi dengan perintah tunggal oleh raja.
Selain hal di atas, pendeskriminasian terlihat sangat menonjol pada masa Dinasti Umayyah, hal terlihat jelas yakni yang mana jabatan-jabatan terpenting dalam pemerintahan semua dimonopoli bangsa Arab terutama keturunan Bani Umayyah, tentara yang bukan bangsa Arab tidak berhak mendapat bahagian harta ghanimah, dan semua bangsa-bangsa selain Arab, walaupun mereka telah masuk Islam, maka mereka wajib membayar pajak kepada pemerintah, tetapi bangsa Arab sendiri dibebaskan dari kewajiban tersebut. Dengan demikian telah jelas bahwa masa pemerintahan Dinasti Umayyah ialah bersifat Arabisme (fanatic/sukuisme).
Dengan demikian telah jelaslah bahwa grand konsep yang dapat ditangkap dari masa dinasti Umyyah tersebut yakni Sistem Monarkinya dan Arabisme (kesukukuannya/fanatic arab).

B.       Saran
       Berpijak dari kesimpulan di atas, maka seyogianya kita mampu mengambil pelajaran yang sarat dengan nilai luhur keislaman dengan mencamkan pada diri kita bahwa jabatan yang besar dan tinggi yang tersemat pada diri kita, hendaknya kita mampu mensikapinya sebagai amanat yang kelak akan dipertanggungjawabkan. Bukan sebagai sarana atau fasilitas kepuasan hawa nafsu.
Kita sendiri bisa melihat, bagaimana para keturunan bani umayyah yakni pelopor awal Mu’awiyah menggunakan berbagai strategi digunakan hanya untuk merebut kedudukan dan sebagai penguasa hingga berdirinya Dinasti Umayyah.
Oleh karena itu, cukuplah sejarah menjadi sumber ibrah bagi kita untuk memperbaiki kualitas kehidupan dalam nuansa Islam yang senantiasa menaungi kita. Tidak perlu ada lagi pemimpin yang saling curang, bermusuhan dan hanya memikirkan pada kekuasaan di dunia, bersikap dan berlaku amoral yang hanya akan menjadi penyebab kehancuran suatu bangsa dan kaum.


DAFTAR PUSTAKA
Ali,K. 2003. Sejarah Islam (Tarikh Pramodern). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Darsono dan T. Ibrahim. 2009. Tongkat Sejarah Kebudayaan Islam Jilid 1 Untuk Kelas VII Madarasah Tsanawiyah. PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Hamka. 2002. Sejarah Umat Islam.Pustaka Nasional Pte Ltd Singapura
M.Noor Matdawam. 1987. Lintasan Sejarah Kebudayaan Islam.Yogyakarta:CV Bina Usaha
Nurul Laily dkk. 2008. Sejarah Kebudayaan Islam kelas VII untuk MTs semester genap.Solo: Putra Kertonatan
Philip K. Hitti. 2008. History Of The Arab. Diterjemahkan oleh: R.Cecep Lukman Yasin dan Dedy Slamet Riyadi.Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta
http://mts-alhikmah.blogspot.com/2011/05/kholifah-dinasti-bani-umayyah.html


[1] Nurul Laily dkk.Sejarah Kebudayaan Islam kelas VII untuk MTs semester genap.Solo: Putra Kertonatan.2008.hal. 32-33
[2] Ibid. hal.40
[3] Darsono dan T. Ibrahim. Tongkat Sejarah Kebudayaan Islam Jilid 1 Untuk Kelas VII Madarasah Tsanawiyah. PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.2009.h.71-72
[4] M.Noor Matdawam.Lintasan Sejarah Kebudayaan Islam.Yogyakarta:CV Bina Usaha.1987.hal: 1-2
[5] Hamka.Sejarah Umat Islam.Pustaka Nasional Pte Ltd Singapura.2002.hal.250
[6] Ali,K. Sejarah Islam (Tarikh Pramodern) .Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.2003.hal.249-251
[7] Philip K. Hitti.History Of The Arab. Diterjemahkan oleh: R.Cecep Lukman Yasin dan Dedy Slamet Riyadi.Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.2008.hal. 236
[8] http://mts-alhikmah.blogspot.com/2011/05/kholifah-dinasti-bani-umayyah.html
[9] Hamka.Sejarah Umat Islam.Pustaka Nasional Pte Ltd Singapura.2002.hal.251
[10] http://mts-alhikmah.blogspot.com/2011/05/kholifah-dinasti-bani-umayyah.html

Emoticon Ini Tidak Untuk Komentar Lewat Facebook.Copas Kode Pada Komentar Mu....
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i:
:j: :k: :l: :m: :n: :o: :p: :q: :r:
:s: :t: :u: :v: :w: :x: :y: :z: :ab:
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

Mohon maaf apabila terdapat komentar yang sesuai kriteria di bawah ini akan dihapus, demi kenyamanan bersama

1. Komentar berbau pornografi, sara, dan menyinggung.
2. Mencantumkan link hidup.
3. Mengandung SPAM.
4. Mempromosikan Iklan.

Terima kasih atas perhatiannya.