Telah dipresentasikan dalam mata kuliah telaah materi SKI dan direfisi oleh:
Maria Ulfah
Yanto
untuk mengunduh file dalam bentuk power point dapat klik disini
diedit oleh Arief Rahman
BAB I
Maria Ulfah
Yanto
untuk mengunduh file dalam bentuk power point dapat klik disini
diedit oleh Arief Rahman
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Jauh
sebelum kelahiran Islam, dunia sudah diliputi berbagai konflik antar bangsa
yang tidak lain merupakan saling perebutan kekuasaan untuk perluasan wilayah
dan menjadikan dunia tunduk pada satu kekuatan yang pada saat itu berada pada
bangsa Eropa yang maju dalam berbagai bidang. Bahkan bangsa Arab pun pada saat itu
sempat menjadi sasaran untuk bergabung di bawah kekuatan bangsa Eropa. Perebutan
kekuasaan dan perluasan wilayah ini terus berlangsung sampai pada zaman lahirnya
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Bahkan pada masa Nabi Muhammad SAW, nabi pun juga melakukan sebuah ekspansi bukan karena kekuasaan namun beliau menyeru para raja berbagai bangsa untuk menerima dan memeluk Islam pada saat itu dengan ajakan yang baik serta meluaskan wilayah Islam dan ini terbukti sepeninggal Nabi yang mana para sahabat Nabi mampu meluaskan wilayah Islam dengan menakhlukan wilayah-wilayah di Asia Timur bahkan bangsa Eropa seperti Romawi dan Persia. Pada saat itulah Arab-Muslim merupakan pewaris peradaban terbesar yang merupakan sebagai catatan sejarah. Hal ini terus berguling sampai pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abu Thalib banyak kekacauan yang terjadi yakni adanya upaya untuk menggulingkan Ali dari kedudukannya sebagai khalifah dan tentunya adanya pihak yang semakin tajam dan berambisi sebagai penguasa atas imperium muslim karena konflik yang terjadi dengan ali yakni Muawiyah yang merupakan anggota keturunan dari Bani Umayyah yang sudah lama selalu bersaing dengan Bani Hasyim baik dalam hal kedudukan, kekuasaan dan sebagainya. Sebagaimana yang telah dikethui Ali merupakan dari Bani Hasyim. Dari rencana dan berbagai tipu daya Muawiyah, ia berhasil mengambil kedudukan Ali. Maka, pada saat itulah umat muslim berada pada satu kekuasaan dan kekuatan yakni dengan berdirinya secara resmi Dinasti Umayyah.
Bahkan pada masa Nabi Muhammad SAW, nabi pun juga melakukan sebuah ekspansi bukan karena kekuasaan namun beliau menyeru para raja berbagai bangsa untuk menerima dan memeluk Islam pada saat itu dengan ajakan yang baik serta meluaskan wilayah Islam dan ini terbukti sepeninggal Nabi yang mana para sahabat Nabi mampu meluaskan wilayah Islam dengan menakhlukan wilayah-wilayah di Asia Timur bahkan bangsa Eropa seperti Romawi dan Persia. Pada saat itulah Arab-Muslim merupakan pewaris peradaban terbesar yang merupakan sebagai catatan sejarah. Hal ini terus berguling sampai pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abu Thalib banyak kekacauan yang terjadi yakni adanya upaya untuk menggulingkan Ali dari kedudukannya sebagai khalifah dan tentunya adanya pihak yang semakin tajam dan berambisi sebagai penguasa atas imperium muslim karena konflik yang terjadi dengan ali yakni Muawiyah yang merupakan anggota keturunan dari Bani Umayyah yang sudah lama selalu bersaing dengan Bani Hasyim baik dalam hal kedudukan, kekuasaan dan sebagainya. Sebagaimana yang telah dikethui Ali merupakan dari Bani Hasyim. Dari rencana dan berbagai tipu daya Muawiyah, ia berhasil mengambil kedudukan Ali. Maka, pada saat itulah umat muslim berada pada satu kekuasaan dan kekuatan yakni dengan berdirinya secara resmi Dinasti Umayyah.
Bgaimanakah
latar belakang dari berdirinya Dinasti tersebut dan Biografi para khalifahnya?,
maka akan dibahas pada bab selanjutnya berserta analisisnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Berdirinya
Khalifah Bani Umayyah
Bani umayyah adalah
keturunan Umayyah bin Abdul Syams, salah satu pemimpin dalam kabilah suku
Quaraisy. Abdul Syams adalah saudara dari Hasyim, sama-sama keturunan Abdul
Manaf. Dari Bani Hasyim inilah lahir Nabi Muhammad Saw. Di masa sebelum Islam,
Bani Umayyah selalu bersaing dengan Bani Hasyim. Pada waktu itu, Bani Umyyah
lebih berperan dalam masyarakat mekah. Hal ini disebabkan, mereka menguasai
pemerintahan dan perdangan yang banyak bergantung kepada pengujung ka’bah. Di
pihak lain, Bnai Hasyim adalah orang-orang yang berekonomi sederhana. Dengan
berkembangnya agama Islam, bani umayyah merasa bahwa kekuasaannya terancam.
Oleh sebab itu, mereka menjadi penentang utama dalam perjuangan Nabi Muhammad
Saw. Abu sufyan bin Harb, adalah salah satu anggota bani umayyah yang beberapa
kali menjadi pemimpin suku Quraisy mekah dalam peperangan melawan Nabi Muhammad
Saw. Setelah Islam menjadi kuat dan mampu merebut mekah, Abu sufyan dan
pihaknya menyerah. Peristiwa itu dinamakan Fathul Mekah dan terjadi pada tahun
8 Hijrah. Akhirnya, Abu Sufyan bin Harb dan anaknya Muawiyah bin Abu Sufyan
memeluk Islam. Peristiwa ini menjadi awal berperannya Bani Umayyah dalam
sejarah Islam.
Di masa khalifah Abu
Bakar as-Sidiq, bani Umayyah merasa rendah karena kelas mereka berada di bawah
kelas kaum ansar dan muhajirin. Abu Bakar menyatakan bahwa mereka adalah angkatan
yang paling kemudian masuk Islam, dan untuk menjadi setingkat dengan kedua kaum
tersebut, mereka harus perang dalam membela Islam. Ketika Umar bin Khattab
menjadi khalifah, mereka dikirim untuk bererang melawan orang-orang bizantium,
kemudian ditempatkan di Suriah, yazid bin Abu Sufyan diangkat menjadi gubernur
di sana, kemudian saudaranya, muawiyah. Peranan muawiyah bertambah besar pada
masa khalifah Usman bin Affan. Salah satu sebabnyanya adalah Usman bin Affan
juga anggota Bani Umayyah. Saat itu Muawiyah menjabat gubernur di Suriah.
Usman terbunuh dalam
suatu hura-hura yang ditimbulkanoleh pihak yang tidak puas terhadap
pemerintahannya, sebagai penggantinya, Ali bin Abi Thalib dari Bani Hisyam
menjadi khalifah. Muawiyah menolak mengakui
khalifah Ali, dan ketika Ali tidak bertindak menghukum para pembunuh
Usman, ia menyatakan diri sebagai pnuntut balas darah Usman dan sekaligus
sebagai pewaris jabatanya.
Perselisihan antara Ali
bin Abi Thalib denga muawiyah bin Abi Sufyan akhirnya pecah menjadi perang siffin.
Perang tersebut diakhiri peristiwa tahkim yang menyebabkan munculnya kelompok
al-Khawarij, yaitu kelompok di pihak Ali bin Abi Thalib yang tidak menerima
hasil tahkim. Perselisihan tersebut
berakhir dengan terbunuhnya khalifah Ali bin Abi Thalib, pemerinh dilanjutkan
oleh putranya, Hasan bin Ali. Akan
tetapi, pemerintahanhasan bin Ali hanya bertahan beberpa bulan saja. Posisinya
yang semakin lemah, keinginan untuk mnyatukan seluruh umat Islam, membuat ia
menyerahkan pemerintahan kepada Muawiyah bin Abu Suyan.
Peristiwa penyerahan
dari Hasan bin Abi Thalib kepada Muawiyah itu terkenal dengan sebutan Amu
jamaah atau tahun bersatunya umat Islam. Sebelum penyerahan kekuasaan terjadi,
Hsan bin Ali meminta beberpa syarat yang harus dipenuhi oleh muawiyah, yaitu
sebagai berikut.
1.
Muawiyah dimohon
menjaga nama baikAli bin Abi Thalib dan keluarganya.
2.
Muawiyah diminta
menjaga keselamatan Hsan dan keluarganya.
3.
Bila muawiyah
wafat, kekhalifahan diserahkan kepada musyawarah di antara kaum muslimin.
4.
Pajak tanah di
negeri Ahwaz diserahkan pada Hasan setiap tahun.
5.
Muawiyah
diwajiban menyerahkan uang sebesar 2 juta dirham kepada Husen adiknya Hasan
Muawiyah menerima
syarat tersebut pada bulan Rabiul akhir tahun 41 H/661 M. sejak saat itu,
secara resmi pemerintahan dipegang oleh muawiyah. Kemudian memindahkan pusat
kekuasaan dari Madinah ke Damaskus (Suriah).
Setelah dipimpin
Muawiyah, terjadi perubahan dalam sistem pemerintahan, yaitu dari system
demokrasi menjadi system monarki (kerajaan). Ciri-ciri system monarki (kerajaan)
adalah sebagai berikut
1.
Raja dalah
penguasa tunggal yang wajib ditaati oleh selurh rakyat.
2.
Raja memeliki
hak penuh untuk menentukkan dan melaksanakan suatu ketetapan hokum sesuai
dengan kemauan sendiri.
3.
Rakyat berfungsi
sebagai pembantu raja yang harus dimuliakan, diimakmurkan, dan dicukupi semua
kebutuhan.
4.
Semua pendapat
dan keinginan rakyat hamper tidak pernah diberi kesempatan untuk
mengungkapakan.
Bani Umayyah memegang
kekuasaanIslam selama sembilan puluh tahun dengan pusat pemerintahan di Damaskus.
Selama kurun waktu tersebut pemerintah di
pegang oleh empat belas orang khlifah, khalifah-khalifah itu adalah
sebagai berikut
1.
Muawiyah bin Abi
Sufyan (Muawiyah I )- (661M-680M)
2.
Muawiyah bin
muawiyah (yazid i)-(680M-683M)
3.
Muawiyah bin
Yazid (Muawiyah II)-(683M-684M)
4.
Marwan bin Hakam
(Marwan I)-(684M-685M)
5.
Abdul Malik bin
Marwan- (685M-705M)
6.
Al-Walid bin
Abdul Malik (Al-Walid I)-(705M-715M)
7.
Sulaiman bin
Abdul Malik- (715 M-717M)
8.
Umar bin Abdul
Azis (Umar II)-(717M-720M)
9.
YAZID BIN Abdul
Malik –( Yazid II)-(720M-724M)
10. Hisyam
bin Abdul Malik-(724M-743M)
11. Al-Walid
bin Yazid (Al-Walid II)-(734M-744M)
12. Yazid
bin Walid (Yazid III)-(744M)
13. Ibrahim
bin Walid-(744M)
14. Marwan
bin Muhammad (Marwan II)-(744M-750M).
B.
Mu’awiyah
bin Abi Sufyan
Muawiyah bin abu sufyan
adalah bangsawan Qurasisy, pendiri dan khalifah pertama Dinasti Umayyah.
Sebagai keturunan Abdi Manaf, Muawiyah mempunyai hubungan keluarga dengan Nabi
Muhammad saw. Karier politiknya dimulai ketika ia diangkat oleh Khulafaur Rasyidin
sebagai panglima pasukan angkatan perang.
Ia memerintah selama
sembilan belas tahun (661M-680M). pada masa pemerintahannya. Islam menyebarkan
ke arah barat dan timur. Di bidang pemerintahan, Muawiyah bin Abu Sufyan
mendirikan pos dinas untuk memperlancar administrasi pusat dengan daerah. Di
bidang perekonomian, ia mencetak mata uang. Selanjutnya di bidang hukum, ia
memunculkan profesi qadi yang bertugas untuk memutuskan hukum dalam permasalahan-permasalahan
yang muncul di kalangan umat Islam.
C.
Abdul
Malik bin Marwan
Abdul
Malik bin Marwan memmerintah selama dua puluh tahun (685M-705M). pada masa
pemerintahannya, tentara Islam bergerak lebih jauh ke timur. Di samping
perluasan wilayah, ia juga mengubah mata uang Byzantium dan Persia menjadi mata
uang bertulisan kata dalam huruf arab. Selain itu, ia juga menjadikan Bahasa
Arab sebagai bahasa resmi dalam administrasi Negara.
D.
Hisyam
bin Abdul Malik
Hisyam bin Abdul
Malik memerintah selam sembilan belas tahun (724M-743M). pada masa
pemerintahan, Bani Umayyah mengalami kemunduran. Hal itu di sebabkan banyak
kerusuhan dan gerakan yang melawan khalifah. Di antara gerakan yang paling kuat
adalah gerakan dari Bani Hasyim yang di dukung oleh kaum Malawi. Hisyam bin
Abdul Malik sebenarya merupakan khalifah yang cakap. Ia banyak melakukan
pembenahan dalam pemerintahannya. Akan tetapi, gerakan perlawanan pada waktu
itu sudah sedimikian kuat. Selain itu, sepeninggalan Hisyam ibn Abd al-Malik,
khalifah-khalifah Bani Umayyah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral
buruk. Hal ini makin memperkuat golongan oposisi. Akhirnya, pada tahun 750M,
Daulat Umayyah digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim
al-Khurasani. Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah, melarikan
diri ke mesir, ditangkap dan dibunuh di sana. [1]
E.
Biografi
Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aiz
lahir di madinah pada tahun 63H/682M dan wafat di Dair Sam’an suriah pada tahun
101H/720M. Nama lengkapnya adalah Abu Hafs Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin
Hakam bin As bin Umayyah bin Abdul Syams. Ia adalah keturunanan Umar bin
Khattab melalui ibunya yang bernama, Laila Ummu Asim binti Asim bin Umar bin
Khattab. Ia lahir ketika ayahnya Abdul Aziz menjadi gubernur di Mesir.[2]
Pada waktu kecil, Umar
bin Abdul Aziz sering berkunjung kerumah pamannya dari ibunya, Abdullah bin
Umar bin Khattab. Setiap kembali dari rumah Abdullah bin Umar bin Khattab, ia
sering mengatakan kepada ibumya bahwa ia ingin hidup seperti kakeknya, Umar bin
Khattab. Umar bin Abdul Aziz menghabiskan sebagian hidupnya di madinah
hingga ayahnya wafat tahun 704 M.
kemudian, pamanya yang bernama Abdul Malik bin Marwan membawanya ke Damaskus
dan menikahkannya dengan putrinya, fatimah.
Umar bin abdul Aziz
memperoleh pendidikan di Madinah. Pada waktu itu, kota Madinah merupakan pusat
ilmu pengetahuan serta gudanga para ulama hadis dan tafsir. pendidikan yang ia
peroleh sangat mempengaruhi kehidupan pribadinya dalam melaksanakan tugasnya
sebagai Khalifah Dinasti Umayyah.
Pada masa pemerintahan
al-Walid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi Gubernur Hijaz
yang berkedudukan di Madinah. Ketika itu, ia baru berumur 24 tahun. Ketika
masjid Nabawi dibongkar atas perintah al-Walid bin Abdul Malik untuk diganti
dengan bangunann yang baru, Umar bin Abdul Aziz dipercaya sebagai pengawas
pelaksana pembangunanan.
Penampilan Umar bin
Abdul Aziz sebagai Gubernur sangat berbeda dengan gubernur yang lain. Ia
dikenal sebagai gubernur yang adil, bijaksana, mengutamakan dan memperhatikan
kepentingan rakyat, serta mau mendiskusikan berbagai masalah penting yang
berkaitan dengan agama, urusan rakyat, dan pemerintahan.
Umar bin Abdul Aziz
menjadikan khalifah Dinasti Umayyah berdasarkan wasiat khalifah Dinasti Umayyah
sebelunya, Sulaiman bin Abdul Malik. Setelah menjadi khalifah, terjadi suatu
perubahan atas dirinya. Khalifah Umar bin Abdul aziz meninggalkan cara hidup
bermewah-mewahan dan menjadi seorang yang zahid dan abid. Ia selalu melakukan
cara hidup yang ketat atas diri dan keluarganya.
Khalifah Umar bin Abdul
Aziz mengembalikan semua harta yang ada pada dirinya ke baitulmal. Berlian yang
ada pada istrinya dikembalikan ke baitulmal. Ia mengharamkan atas dirinya untuk
mengambil apa pun dari baitulmal.[3]
BAB
III
ANALISIS
A.
Dari
Segi Alokasi Waktu
Untuk
materi pelajaran SKI tersebut khususnya tentang Dinasti Umayyah dan biografi 4
khalifah yang paling menonjol dari khalifah lainnya yakni seperti mu’awiyah bin
Abi Sufyan, Abdul Malik bin Marwan, Umar bin Abdul Aziz, dan Hisyam bin Abdul
Malik. Berdasarkan dengan alokasi waktu pembelajaran yang sudah baku di sekolah
yakni 2 × 40 menit, menurut hemat penulis penyampaian materi dengan alokasi
waktu tersebut kepada siswa merupakan waktu yang cukup. Hal ini pertama
dikarenakan melihat materi yang cukup singkat tidak terlalu panjang namun sudah
direfress sedemikian rupa.
B.
Dari
Segi Kesesuaian Isi Materi dengan Peserta Didik
Isi
materi mengenai dinasti umayyah dan khalifahnya, materi ini cukup sesuai untuk
diterima dan dipahami oleh peserta didik karena penjelasan isi sejarahnya cukup
ringkas. Namun, menurut penulis alangkah baiknya apabila suatu sejarah
digambarkan dengan rinci dan jelas, sehingga peserta didik tidak memperoleh
pengetahuan sejarahnya sebahagian atau sedikit-sedikit. Hal ini mengingat akan
suguhan buku sejarah Islam yang di ajarkan di sekolah-sekolah kebanyakan hanya
memuat secara global.
Maka
dari itu, penulis merasa dengan suguhan buku yang menceritakan sejarah Islam
dengan jelas dan mendetail ini malah akan menambah banyak pengetahuan peserta
didik baik untuk cerminan masa kini maupun masa akan datang karena dengan
pengetahuan yang setengah-setengah akibatnya akan terjadi kerancuan dalam
memahami sejarah.
Mengingat
akan materi tersebut kurang mendetail, maka kiranya perlulah ditambahkan
penjelasannya. Jadi, materi yang merupakan bahan ajar yang akan diadopsi aleh
peserta didik maka kiranya perlu mempertimbangkan keadaan peserta didik.
C.
Dari
Segi Isi Materi
Materi
tersebut uraiannya sudah cukup jelas, namun pada pengungkapan sejarah
berdirinya dinasti umayyah dan biografi khalifahnya kurang rinci pada setiap
penjelasannya, maka penulis perlu menambahkan materi tersebut dari sumber
lainnya mengenai hal tersebut.
1.
Sejarah
Berdirinya Dinasti Umayyah
Nama
Daulah Umayyah atau kerajaan Bani Umayyah ini berasal dari nama salah seorang
pemimpin kabilah Quraisy di zaman Jahiliyah, yaitu Umayyah Ibnu Abdi Syams Ibnu
Abdi Manaf.
Sejak
zaman Jahiliyah, Umayyah telah menunjukkan gejala-gejala permusuhan dikalangan
keluarganya sendiri, yaitu dengan saudara-saudara sepupunya dari keturunan Bani
Hasyim. Latar belakang
permusuhan ini dikarenakan persaingan kedudukan, pangkat dan lain sebagainya di
dalam masyarakat. Peristiwa menyedihkan ini samapai dengan kedatangan Nabi
Muhammad Saw. Yang mana beliau adalah keturunan dari Bani Hasyim. Tetapi pada
akhirnya mereka terpaksa menyerah dan masuk Islam, karena pengikut Rasulullah
semakin hari semakin banyak dan kota Mekkah telah ditaklukan oleh kaum
muslimin. Kemudian setelah mereka Islam, Bani Umayyah ini merupakan golongan
yang terkuat membela Islam untuk memerngi orang-orang kafir dan orang-orang
murtad.[4]
Mu’awiyah
adalah keturunan yang ketiga dari Umayyah. Umayyah beranak Harb, harb beranak
Sakr yang bergelar Abu Sufyan dan Abu Sufyan beranak Mu’awiyah.[5]
Mu’awiyah
inilah nantinya yang merupakan sosok yang sangat berperan dalam menyusun dan
menggalang kekuatan untuk mengambil alih kekhalifahan dan mendirikan dinasti
yakni dinasti umayyah.
Pada
masa Umar, umayyah sudah terpilih diangkat menjadi gubernur di daerah Syam. Ini
merupakan sebuah awal dari kesempatan baik yang mereka peroleh. Namun, dari
serentetatan perjuangan Bani Umayyah ini, pada teorinya mereka telah berdiri
sejak pengangkatan Syaidina Ustman bin Affan sebagai Khalifah ke-III sebab
beliau ini adalah keturunan Bani Umayyah. Tentunya ini merupakan salah satu
memperkuat kedudukan Mu’awiyah, karena Ustman bin Affan mengangkat para
gubernur dari para kerabatnya sendiri. Justeru dari itulah mu’awiyah
menggunakan kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya untuk
meletakkan/menanamkan benih-benih kekuasaan mereka di dalam khalifah Ustman.
Khalifah
Ustman mati terbunuh akibat pemberontakkan yang sebagian merasa tidak puas
dengan pemerintahannya. Maka, kemudian naiklah Ali bin Abi Thalib sebagai
khalifah menggantikan Ustman. Mu’awiyah yang merupakan keturunan Bani Umayyah ini tidak mengakui akan
kekhalifahan Ali, karena semenjak ustman masih hidup pun kedua bani tersebut, Bani
umayyah dan Bani Hasyim saling kecemburuan dan masih menanam persaingan.
Konflik ini semakin meruncing yang mana untuk mengatasi politik yang sedang
kacau Ali menempuh kebijakan lainnya dengan mengganti seluruh pejabat gubernur
hal ini guna
menghentikan gerakan pemberontakkan. Namun, Mu’awiyah sebagai gubernur Syria
dengan tegas menolak perintah tersebut, maka dari sinilah semakin tajam
persaingan dan permusuhan Ali dan mu’awiyah. akibat dari itu pula semakin tajam
ambisi mu’awiyah untuk memperoleh kedudukan sebagai khalifah, yang mana sejak
sedari menjadi gubernur ia sudah menyusun sebuah kekuatannya.
Upaya
strategis yang ditempuh Mu’awiyah untuk merebut kekuasaan dan sekaligus
mendirikan dinasti umayyah antara lain sebagaimana disampaikan berikut ini:
Pertama, pembentukkan
kekuatan militer di syiria. Selama dua puluh tahun menjabat, langkah strategis
yang ditempuh antara lain merekrut tentara bayaran baik dari masyarakat asli
syiria maupu dari emigrant Arab yang mayoritas dari keluarganya sendiri, juga
merekrut lawan-lawan politiknya yang cakap. Ia tidak segan-segan menghamburkan
harta kekayaan untuk tujuan merekrut unsur di atas. Ia juga menjanjikan
kedudukan penting kepada tokoh sahabat jika kelak berhasil merebut kekuasaan
sebagai khalifah. Kedua, Politisi tragedi pembunuhan Ustman. Pada masa
pemerintahan Ali, Mu’awiyah berjuang memojokkan sang khalifah dengan
melancarkan serangan dilematis yang sukar dicari jalan pemecahannya yakni bahwa
Ali harus mengusut dan menghukum pihak-pihak yang terlibat dalam pembunuhan
khlifah Ustman dan apabila Ali tidak memenuhi maka ia dianggap bersekongkol
dengan pemberontak yang membunuh Ustman. Politisasi tragedy tersebut sangat
efektif untuk menumbuhkan simpati dan fanatisme masyarakat Syiria dalam
mendukung perjuanagan Mu’awiyah. Ketiga, tipu muslihat dalam
arbitrase. Arbitrase yang diusulkan oleh pihak Mu’awiyah merupakan bagian dari
langkah strategis untuk memecah belah kekuatan Ali. Keputusan Ali menerima
ajakan perundingan tersebut mengecewakan sebagian pengikutnya karena mereka merasa
hampir menang dalam
peperangan.[6]
Dengan
strategi politik yang dilakukan Mu’awiyah tersebut sampai pada akhirnya
terbunuhnya Ali. Maka, pemerintahan dilanjutkan oleh Hasan.
Hasan
tidak lama menjabat sebagai khalifah, untuk kemudian menyerahkan jabatan kepada
pesaingnya yang lebih cakap dan menghabiskan sisa hidupnya di Madinah dengan
tenang dan nyaman. Ia mengambil langkah itu setelah diiming-imingi janji bahwa
Mu’awiyah akan memberinya subsidi dan pensiun seumur hidup sebesar lima juta dirham
dari perbendaharaan Kufah, ditambah pemasukan dari sebuah distrik di Persia.[7]
Serentetan
kejadian di atas, dengan demikian berpindahlah jabatan khalifah kepada Mu’awiyah. Dan dari sinilah
asal mulanya berdiri dan berkuasanya Daulah Umayyah, yaitu mulai tahun 40 H-132
H (92 Tahun).
2.
Biografi
Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan
Muawiyah bin Abi Sufyan merupakan pendiri Dinasti bani
Umayyah. Muawiyah masuk Islam pada saat peristiwa Fathu Makkah.
Nama
: Muawiyah
Julukan
: Abu Abdurrahman
Lahir
: tahun 606 M ( tahun ke-5 sebelum kenabian)
Ayah
: Abu Sufyan
Ibu
: Hindun
Silsilah
ayah dan ibu bertemu pada : Abdu Syam
Silsilah
Muawiyah dan Nabi Muhammad bertemu pada : Abdi Manaf[8]
Mu’awiyah adalah orang yang
panjang akal, cerdik, cendekia lagi bijaksana, luas ilmu dan siasatnya terutama
dalam urusan dunia pandai mengatur pekerjaan, ahli hikmat, lemah lembut, fasih
lidahnya dan berarti tutur katanya, dermawan dan gila kekuasaan.[9]
3.
Biografi
Khalifah Abdul Malik bin Marwan
Abdul Malik bin Marwan merupakan kholifah Dinasti Bani
Umayyah yang ke-5, karena jasanya beliau juga dianggap sebagai pendiri Dinasti
Bani Umayyah yang ke dua setelah Muawiyah.
Nama
: Abdul Malik
Julukan
: Abul Muluk (ayah dari para raja)
Lahir
: 26 H – masa pemerintahan Kholifah Utsman
Ayah
: Marwan bin Hakam
Ibu
: A’isyah binti Muawiyah
v
Sifat-Sifat Abdul Malik bin Marwan
Pemberani
Pada awal masa pemerintahannya banyak terjadi
pemberontakan-pemberontakan yang hampir saja meruntukan pemerintahannya, namun
dengan keberanian beliau pemberontakan tersebut dapat ditumpas
Cerdas
Beliau adalah seorang yang sangat cerdas, menguasai berbagai
ilmu pengetahuan agama seperti Hadist, Fiqih, Tafsir dll.
Cinta ilmu Pengetahuan
Sejak kecil beliau sudah hafal Al-Qur’an.
Beliau
belajar Al-Qur’an kepada sahabat Utsman. Dan belajar Ilmu Hadist kepada sahabat
Abu Hurairah.
4.
Biografi
Khalifah Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aziz adalah Kholifah Dinasti Bani Umayyah
yang ke-8, beliau merupakan Kholifah Dinasti Bani Umayyah yang paling adil,
karena dapat menjalin kerjasama dengan golongan Syi’ah sehingga tidak terjadi
pemberontakan
Nama
: Umar (julukan Umar II)
Lahir
: 63 H. di daerah Halwan (Kairo-Mesir)
Ayah
: Abdul Aziz bin Abdul Malik
Ibu
: Ummu Ashim binti Ashim bin Umar bin Khotob
Beliau belajar Al-Qur’an kepada ayahnya sendiri Abdul
Aziz, dan Ubaidillah bin Abdullah
Beliau belajar Hadist kepada Sahabat Anas bin Malik, Abdullah b. Ja’far b. Abi Tholib,
sedangkan para ulama’ ahli Hadist yang banyak belajar dari beliau antara lain :
Muhammad
b. Syihab Az-Zuhri, Raja’ bin Haiwah dll.
5.
Biografi
Khalifah Hisyam bin Abdul Malik
Hisyam bin Abdul Malik adalah Kholifah Dinasti Bani Umayyah
yang ke-10. beliau dilahirkan pada tahun 70 H. sejak kecil beliau tinggal di
kota Ar-Rushafah yang terletak di tepi sungai Eufrat.
Beliau termasuk salah seorang kholifah yang cerdas, tegas dan pemurah sehingga
Dinasti Bani Umayyah dapat mencapai berbagai kemajuan di berbagai bidang pada
masa pemerintahannya.
v Sifat-sifat Hisyam bin Abdul Malik
·
Taqwa
Suatu hari ia mencari putranya yang tidak dilihatnya sholat
Jum’at, kemudian ia bertanya “ apa sebabnya engkau tidak shalat?” putranya
menjawab “hewan kendaraanku telah mati” Hisyam menyahut “tidak
sanggupkah engkau berjalan kaki?”
·
Penyantun
Diriwayatkan bahwa suatu ketika pernah ada seseorang yang
mengucapkan perkataan kasar kepadanya, namun ia tidak menghukum atau membalas
perkataan kasar tersebut, ia hanya berkata “ tak patut engkau berkata kasar
kepada pemimpinmu”
·
Teliti
Hisyam adalah salah seorang kholifah Dinasti bani Umayyah
yang terkenal teliti dalam mengeluarkan uang. Beliau tidak mau mengeluarkan
uang untuk hal-hal yang tidak berguna, apalagi menghambur-hamburkannya
·
Tegas
Hisyam
selalu bersifat tegas terhadap para pemberontak terutama golongan Syi’ah, oleh
karena itu pada masa pemerintahannya banyak sekali para pendukung orang-orang
syi’ah yang dihukunya.
·
Cerdas
Beliau sangat cermat dalam memilih para gubernur di berbagai
wilayah kekuasaannya, dengan cara memilih orang-orang yang sanggup menjalankan
kekuasaan dengan bijaksana. Apabila ada gubernur yang menyeleweng maka ia akan
segera mengganti dengan gubernur yang lebih mampu. Oleh karena itu pada masa
pemerintahannya, ia sering memecat gubernur di berbagai daerah.[10]
Berdasarkan dari beberapa literatur yang telah penulis
temukan dan dituangkan pada pemaparan di atas, menurut hemat penulis sejarah
awal dari berdirinya dinasti umayyah tidak lain merupakan pemikiran yang
bertumpu pada kebesaran kerajaan, yang berarti semangat dan keinginan untuk
memiliki kekuasaan yang mana kekuatan tersebut bermain pada keamanan (militer)
dalam membentuk kekuasaannya menjadi korban dan berwibawa. Sebab hal ini
merupakan suatu kewajaran, karena sejak awal Umayyah sebelum kedatangan Nabi
hingga sampai pada khalifah yang terakhir juga menginginkan suatu kedudukan,
sampai pada masa Umar Mu’awiyah sebagai keturunan ketiga bani Umayyah ini sudah
konsentrasi pada pengembangan kekusaan hingga pada titik akhir pada masa Ali,
Mu’awiyah habis-habisan menggunakan siasatnya yang pada akhirnya posisi sebagai
khalifah di raihnya, maka berdirilah Dinasti Umayyah. Walau pun dalam
pembentukkan berdirinya Dinasti Umayyah tersebut yang sangat menyedihkan karena
caranya yang salah, tidak dipungkiri sebagian para khalifahnya memerintah
dengan baik dan benar berpegang kepada hak-hak yang digariskan Allah dan
Rasul-Nya. Maka, dapat dikatakan ada sisi positif dan negatifnya.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
paparan materi di atas dapat disimpulkan bahwa berdirinya Dinasti Umayyah
merupakan awal mula langkah yang berpangkal pada ekspansi kekuasaan dengan tipu daya politik yang begitu licin dan
sempurna yakni dengan beberapa faktor yang mendukung seperti: pendekatan kemiliteran,
ekonomi, dan merapatkan lawan ke dalam barisannya.
Ada
pun grand konsep pemerintahan yang dijalankan Dinasti Umayyah tersebut yakni smenganut
sistem Monarchi Absolut. Yang mana
sistem ini lebih mengarah hanya kepada semata-mata pemerintahan duniawi dengan
perintah tunggal oleh raja.
Selain
hal di atas, pendeskriminasian terlihat sangat menonjol pada masa Dinasti
Umayyah, hal terlihat jelas yakni yang mana jabatan-jabatan terpenting dalam
pemerintahan semua dimonopoli bangsa Arab terutama keturunan Bani Umayyah,
tentara yang bukan bangsa Arab tidak berhak mendapat bahagian harta ghanimah,
dan semua bangsa-bangsa selain Arab, walaupun mereka telah masuk Islam, maka
mereka wajib membayar pajak kepada pemerintah, tetapi bangsa Arab sendiri
dibebaskan dari kewajiban tersebut. Dengan demikian telah jelas bahwa masa
pemerintahan Dinasti Umayyah ialah bersifat Arabisme (fanatic/sukuisme).
Dengan
demikian telah jelaslah bahwa grand konsep yang dapat ditangkap dari masa
dinasti Umyyah tersebut yakni Sistem
Monarkinya dan Arabisme (kesukukuannya/fanatic arab).
B.
Saran
Berpijak
dari kesimpulan di atas, maka seyogianya kita mampu mengambil pelajaran yang
sarat dengan nilai luhur keislaman dengan mencamkan pada diri kita bahwa
jabatan yang besar dan tinggi yang tersemat pada diri kita, hendaknya kita
mampu mensikapinya sebagai amanat yang kelak akan dipertanggungjawabkan. Bukan
sebagai sarana atau fasilitas kepuasan hawa nafsu.
Kita sendiri bisa melihat, bagaimana para keturunan bani
umayyah yakni pelopor awal Mu’awiyah menggunakan berbagai strategi digunakan
hanya untuk merebut kedudukan dan sebagai penguasa hingga berdirinya Dinasti
Umayyah.
Oleh karena itu, cukuplah sejarah menjadi sumber ibrah bagi
kita untuk memperbaiki kualitas kehidupan dalam nuansa Islam yang senantiasa
menaungi kita. Tidak perlu ada lagi pemimpin yang saling curang, bermusuhan dan
hanya memikirkan pada kekuasaan di dunia, bersikap dan berlaku amoral yang
hanya akan menjadi penyebab kehancuran suatu bangsa dan kaum.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,K. 2003.
Sejarah Islam (Tarikh Pramodern). Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
Darsono dan T. Ibrahim. 2009. Tongkat Sejarah
Kebudayaan Islam Jilid 1 Untuk Kelas VII Madarasah Tsanawiyah. PT. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri
Hamka. 2002. Sejarah Umat Islam.Pustaka Nasional Pte Ltd Singapura
M.Noor Matdawam. 1987. Lintasan Sejarah Kebudayaan Islam.Yogyakarta:CV Bina Usaha
Nurul Laily dkk. 2008. Sejarah Kebudayaan Islam kelas VII untuk MTs semester genap.Solo:
Putra Kertonatan
Philip K. Hitti. 2008. History Of
The Arab. Diterjemahkan oleh: R.Cecep Lukman Yasin dan Dedy Slamet
Riyadi.Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta
http://mts-alhikmah.blogspot.com/2011/05/kholifah-dinasti-bani-umayyah.html
[1]
Nurul Laily dkk.Sejarah Kebudayaan Islam
kelas VII untuk MTs semester genap.Solo: Putra Kertonatan.2008.hal. 32-33
[2]
Ibid. hal.40
[3]
Darsono dan T. Ibrahim. Tongkat Sejarah Kebudayaan Islam Jilid 1 Untuk Kelas
VII Madarasah Tsanawiyah. PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.2009.h.71-72
[4]
M.Noor Matdawam.Lintasan Sejarah
Kebudayaan Islam.Yogyakarta:CV Bina Usaha.1987.hal: 1-2
[5]
Hamka.Sejarah Umat Islam.Pustaka
Nasional Pte Ltd Singapura.2002.hal.250
[6] Ali,K. Sejarah
Islam (Tarikh Pramodern) .Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.2003.hal.249-251
[7]
Philip K. Hitti.History Of The Arab.
Diterjemahkan oleh: R.Cecep Lukman Yasin dan Dedy Slamet Riyadi.Jakarta: PT
Serambi Ilmu Semesta.2008.hal. 236
[8]
http://mts-alhikmah.blogspot.com/2011/05/kholifah-dinasti-bani-umayyah.html
[9]
Hamka.Sejarah Umat Islam.Pustaka
Nasional Pte Ltd Singapura.2002.hal.251
[10]
http://mts-alhikmah.blogspot.com/2011/05/kholifah-dinasti-bani-umayyah.html
No comments:
Post a Comment
Mohon maaf apabila terdapat komentar yang sesuai kriteria di bawah ini akan dihapus, demi kenyamanan bersama
1. Komentar berbau pornografi, sara, dan menyinggung.
2. Mencantumkan link hidup.
3. Mengandung SPAM.
4. Mempromosikan Iklan.
Terima kasih atas perhatiannya.