Strategi
Pembelajaran EKSPOSITORI
Strategi pembelajaran ekspositori menekankan kepada proses penyampaian
materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud
agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Menurut Roy Killen
dalam Wina Sanjaya (2006) menamakan strategi ekspositori ini dengan istilah
strategi pembelajaran langsung (Direct Intruction). Dalam strategi ini
materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk
menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Oleh karena
strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga
dinamakan istilah strategi “chalk and talk”[1].
Pendekatan
Pengalaman
Experience is the best teacher, pengalaman adalah guru yang baik.
Pengalaman adalah guru bisu yang tidak pernah marah. Pengalaman adalah guru
yang tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh siapa juga. Belajar dari pengalaman
adalah lebih baik daripada sekedar bicara, dan tidak pernah berbuat sama
sekali. Belajar adalah kenyataan yang ditunjukkan dengan kegiatan fisik. Karena
itu, the proses of learning is doing, reaching, undergoing, experience. The
produck of learning are all achieved by the learner his own activity. (H.C.
Whitherington dan W.H. Burton, 1986; 57).
Meskipun pengalaman diperlukan dan dicari selama hidup, namun tidak semua
pengalaman dapat bersifat mendidik (Educative Experience), dan ada
pengalaman yang tidak bersifat mendidik (Miseducative Experience). Ciri
pengalaman yang educatif adalah berpusat
pada suatu tujuan yang berarti bagi anak (Mainingful), kontinu dengan
kehidupan anak, interaktif dengan lingkungan, dan menambah integrasi anak.
Demikian pendapat Witherington[2].
Metode
Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan
atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda yang sedang
dipelajari, baik sebenarnya maupun tiruan, yang sering disertai dengan
penjelasan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap
pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian
dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat memperhatikan apa yang diperlihatkan
selama pelajaran berlangsung.
Kelebihan Metode Demonstasi
1)
Dapat membuat pengajaran menjadi
lebih jelas dan lebih konkret, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman
secara kata-kata atau kelimat).
2)
Siswa lebih mudah memahami apa
yang dipelajari.
3)
Proses pengajaran lebih menarik.
4)
Siswa dirangsang untuk aktif
mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukan
sendiri.
Kekurangan Metode Demonstrasi
1)
Metode ini memerlukan keterampilan
guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan
demonstrasi akan tidak efektif.
2)
Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai
tidak selalu tersedai dengan baik.
3)
Demonstrasi memerlukan kesiapan
dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang
mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain[3].
Metode
Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional,
karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan
antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Meski metode ini
lebih banyak menuntut keaktifan guru daripada anak didik, tetapi metode ini
tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam pengajaran.
Dapat dipahami bahwa metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang
dilakukan oleh guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung
terhadap siswa.
Kelebihan Metode Ceramah
1)
Guru mudah menguasai kelas.
2)
Muda mengorganisasikan tempat
duduk/kelas.
3)
dapat diikuti oleh jumlah siswa
yang besar.
4)
Mudah mempersiapkan dan
melaksanakannya.
5)
Guru mudah menerangkan pelajaran
dengan baik.
Kelemahan Metode Ceramah
1)
Mudah menjadi verbalisme (pengertian
kata-kata)
2)
Yang visual menjadi rugi, yang
auditif (mendengar) lebih besar menerimanya.
3)
Bila selalu digunakan dan terlalu
lama, membosankan.
4)
Guru menyimpulakan bahwa siswa
mengerti dan tertarik pada ceramahnya, ini sukar sekali.
5)
Menyebabkan siswa pasif[4].