Al-Farabi
Riwayat Hidup Al-Farabi
Al-Frabi mempunyai nama lain Abu Nashr Ibnu Audagh Ibn Thorhan Al-Farabi.
Sebenarnya nama Al-Farabi diambil dari nama kota
farab, tempat ia dilahirkan di desa wasij dalam kota pada tahun 257 H (870 M). kadang-kafang
ia mendapat sebutan orang turki, sebab ayah al-farabi sebagai orang iran
menikah dengan wanita Turki. Sepertinya nama sebutan orang turki kepadanya
karena ibunya berasal dari Turki. Kepribadian al-farabi, sejak kecil ia tekun
dan rajin belajar. Dalam berolah kata, tutur bahasa, ia mempunyai kecakapan
yang luar biasa. Penguasaan terhadap bahasa iran,
Turkistan, dan Kurdistan sangat ia pahami.
Justru bahsa Yunani dan suryani sebagai bahasa ilmu pengetahuan pada waktu itu,
Al-Farabi belum bisa menguasainya.
Untuk memulai karir dalam pengetahuannya, ia hijrah dari negerinya ke kota Baghdad, yang pada
waktu itu disebut sebagai kota
ilmu pengetahuan. Dia belajar di sana
selama kurang lebih dua puluh tahun. Ia betul-betul memanfaatkan untuk menimba
ilmu pengetahuan kepada: Ibnu Suraj untuk belajar tata bahasa Arab, Abu Bisyr
Matta Ibn Yunus untuk belajar ilmu mantiq (logika).
Dari Baghdad Al-Farabi mencoba pergi ke Haran
sebagai salah satu pusat kebudayaan Yunani di asia
kecil. Di sini ia berguru dengan Yohana ibn Hailan, namun tidak lama kemudian,
ia meninggalakan kota ini untuk kembali ke Baghdad. Disini kembali
mendalami filsafat. Ia juga mampu mencapai ahli ilmu mantiq (logika), ia
kemudian mendapatkan predikat guru kedua,
maksudnya, ia adalah orang yang pertama kali memasukan ilmu logika ke dalam
kebudayaan Arab. Keahlian ini rupanya sama yang dialami oleh Aristoteles
sebagai Guru pertama, ia
(Aristoteles) orang yang pertama menemukan ilmu logika.
Pada tahun 350 H (941 M). al-Farabi pandah ke Damsyik. Ia menetap di kota ini, kedudukan
al-farabi sangatlah diperhatikan secara baik oleh Saif Al-Dullah, kholifah dinasti Al-Hamdan di Allepo (lahab). Sampai
wafat Al-Farabi berusia 80 tahun. Pengalaman selama di istana saif Al-Dullah,
Al-Farabi dapat pengembangan ilmunya dengan para sastrawan, ahli bahasa, para
penyair dan ilmuan lainnya. Menjadilah ia filosuf yang terkenal pada masanya di
istana ini. Dalam kepandaian al-farbi dibidang filasafat, membawa pengaruh
terhadap kemajuan pemeritahan Saif Al-Dulla, sebagaimana Al-Kindi yang dapat
mencameriangkan pemerintahan Al-Mu’tasyim. Riwayat lain yang dikemukakan oleh
DR. Fuad Al- Ahwani bahwa Al-Farabi masuk ke Istana pemerinyahan Saif Al-Dullah
dengan pakaian sufi.
Pemikiran Al-Farabi pun datang dari banyak para ahli. Di antaranya
Meassignon (ahli masalah ketimuran dari Perancis),bahwa Al-Farabi merupakan
filosuf Islam Yunani bagi dunia Islam, akan tetapi persoalan-persoalan yang
memuaskan. Akan tetapi Al-Farabi telah menciptakan suatu system filsafat yang
lengkap. Bahkan Al-Farabi dapat memainkan peranan penting di dunia Islam. Dalam
perkembangannya kepada Ibnu Sina, Ibnu Rasyd serta filosuf-filosuf lainnya.
Karya Al-Farabi bila dibandingkan dengan karya muridnya seperti Ibnu Sina
masih dalam kala dalam jumlahnya. Dengan modal karanagannya yang pendek
berbentuk berupa risalah dan sedikit sekali jenis karangannya yang berupa buu
besar dan mendalam dalam pembicaraannya. Sebagian karangan masih diketemukan
dibeberapa perpustakaan, sehingga di dunia Islam dapat mengenang dan mengabdikan
namanya. Ciri khas tertentu yang ada pada karangannya adalah bukan saja
mengarang kitab besar ata makalah-malalah, namun juga memberi ulasan-ulasan dan
penjelasan terhadap karya Aristoteles, Iskandar Al-Fraudismy dan Plotinus.
Sebgai contoh lasan Al-Farabi, terhadap karya Aristoteles adalah masalah burahan dalil, al jadal (argumentasi/ berdebat),
Qiyas (analogi), Mantiq (logika),
adapun ulasan ia terhadap karya Plotinus ada;aj lotab Al majesti fi-Ihnil Falaq, juga terhadap karya Iskandar
Al-Fraudismy tentang maqalah Fin-nafsi.
Karaya-karaya nyata dai Al-farabi adalah:
- Al Jami’u Baina Ra’yai Al Jakimaini Afalatoni Al Hahiy Wa Aristho-Thails (pertemuan/ penggabungan pendapat antara Plato dan Aristoteles)
- Tahsilu As Sa’adah (mencari kebahagian).
- Fususu Al Taram (hakikat kebenaran).
- Arroo’u Ahli Al Madinati Al Fadilah (pemikiran-pemikiran utama pemerintahan).
- As Syiyasayah (ilmu politik).
- Fi ma’ani al aqli.
- Ihsho’u Al Ulum (kumpulan berbagai ilmu).
- At Tangibu Ala As Sa’adah.
- Al Ta’liqat.