Telah dipresentasikan dalam mata kuliah telaah materi SKI dan direfisi
oleh:
Norperawati
Mahasiswa STAIN Palangkaraya angkatan 2008
untuk mengunduh file dalam bentuk power point dapat klik disini
diedit oleh Arief Rahman
Norperawati
Mahasiswa STAIN Palangkaraya angkatan 2008
untuk mengunduh file dalam bentuk power point dapat klik disini
diedit oleh Arief Rahman
BAB
I
PENDAHULAN
A.
LATAR BELAKANG
[1]Kedatangan agama Islam pada Abad ke-7 M ke dunia dianggap oleh
sejarahwan sebagai pembangunan Dunia Baru dengan pemikiran baru, cita-cita
baru, kebudayaan serta peradaban baru. Selama lebih dari empat belas abad semenjak
Nabi Muhammad menyebarkan ajaran-ajaran baru dalam bidan teologi monoteistis,
bidang kehidupan individu, kehidupan masyarakat, dan kenegaraan, terbentanglah
peradaban Islam dari wilayah Spanyol sampai benteng Cina.
Perubahan –perubahan yang ditimulkan oleh Islam, baik dalam bidang
politik, sosial dan peradaban adalah karena Islam selak agama telah mengajarkan
tiga nilai baru.
1. Islam mengajarkan adanya kehidupan akhirat yang berkesinambungan
dengan kehidupan duniawi.
2. Islam mengajarkan pemeluknya bertanggung jawab atas nasibnya
sendiri di akhirat.
3. Islam mengajarkan aturan-aturan hidup bermasyarakat dan bernegara
dalam cakrawala kehidupan solidaritas umat islam di Indonesia.
Tiga nilai baru tersebut mendorong manusia untuk menetapkan tiga
hal dasar, yaitu bagaimana hidup yang benar,berpikir dan mengamalkan dengan
benar, dan bagaimana mengorganisasi sesuatu dengan benar[2].
Kekuatan moral spiritual religius yang lebih mendasar, ditambah
kekuatan saintifis intelektual yang lebih tajam, pengorganisasian yang lebih efektif
dan efisiensi, dibawah kepemimipinan yang lebih beribawa biasanya akan lebih
unggul dalam proses saling mempengaruhi tadi. Demikian juga peradaban Islam
Indonesia, walaupun kebudayaan sangat minim bila dibandingkan peradaban Mughal
(India) yang masih memiliki simbol-simbol kebesaran seperti Taj Mahal, di
Indonesia peradabannya sangat sederhana, miskin, kekuatan himmah yang telah mendorong Muslim di negara lain untuk menciptakan
pekerjaan besar tidak muncul. Walaupun demikian, Islam datang ke Nusantara
membawa Tamaddun (kemajuan) dan
kecerdasan.
Ketika Islam datang, sebenarnya kepulauan Nusantara sudah mempunyai
peradaban yang bersumber kebudayaan asli pengaruh dari peradaban Hindu-Budha
dari India, yang penyebaran pengaruhnya tidak merata. Walaupun demikian, Islam
dapat cepat menyebar. Hal itu disebabkan Islam dibawa oleh kaum pedagang maupun
para da’i dan ulama, bagaimana pun keislaman para da’i dan ulama masa awal,
mereka semua menyiarkan suatu rangkaian ajaran dan cara serta gaya hidup yang
secara kualitatif lebih maju daripada peradaban yang ada.
Dengan kedatangan Islam, masyarakat Indonesia mengalami
transformasi dari masyarakat agraris feodal pengaruh Hindu-Budha kearah
masyarakat kota pengaruh Islam. Islam pada awalnya adalah Urban
(perkotaan).walaupun transformasi (Islam) belum selesai dan belum sempurna pada
waktu itu, tetapi Islam sudah berfungsi sebagai kekuatan pendorong perlawanan
terhadap penjajah sekaligus lambang pemersatu. Ajaran Islam dapat menumbuhkan
Jiwa Patriotisme sebagai bagian dari Iman yang berorientasi kearah persatuan
seluruh kepulauan Nusantara.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kedatangan Islam Di Indonesia
Sejak zaman prasejarah,
penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup
mengarungi lautan lepas, sejak awal abad Masehi sudah ada rute-rute pelayaran
dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daratan Asia
Tenggara[3].
Wilayah barat nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah
yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana
menarik bagi para pedagang dan menjadi daerah-daerah lintasab penting antara
Cina dan India. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa antara abad
ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi pedagang asing, seperti Lamuri (Aceh), Barus
dan Palembang di Sumatra,(sunda kelapa dan gresik di jawa)[4].
Pedagang-pedagang
muslim asal Arab, persia dan india juga ada yang sampai ke kepulauan Indonesia
untuk berdagang sejak abad ke-7 M (abad I H), ketika islam pertama kali
berkembang di Timur Tengah.Malaka jauh sebelum ditaklukan Portugis
(1511),
merupakan pusat utama lalu lintas perdagangan dan pelayaran. Melalui Malaka,
hasil hutan dan rempah-rempah dari seluruh pelosok Nusantara dibawa ke cina dan
India,terutama gujarat, yang melakukan hubungan langsung dengan Malaka pada
waktu itu. Dengan demikian, malaka menjadi rantai pelayaran yang penting. Lebih
kebarat lagi dari gujarat, perjalanan laut melintasi lautan Arab.
Menurut J.C.
Van Leur, beradasarkan berbagai cerita perjalanan dapat diperkirakan bahwa
sejak 674 M ada koloni-koloni Arab di barat laut sumatra, yaitu di Barus,
daerah penghasilan kpur barus terkena[5]l.
Dari berita Cina diketahui bahwa di masa Dinasti T’ang (abad ke- 9-10) orang
–orang Ta’shih adalah sebutan untuk orang-orang Arab dan Persia, yang ketika
itu jelas sudah menjadi muslim.
Baru pada zaman-zaman
berikutnya, penduduk kepulauan ini masuk islam, bermula dari penduduk pribumi
di koloni-koloni pedagang muslim itu. Menjelang
abad ke-13 M, masyarakat muslim sudah ada di Samudra Pasai, Perlak dan
Palembang di Sumatra. Di Jawa makam Fatimah binti Maimun di Leran (Gresik) yang
berangka tahun 475 H (1082 M), dan makam-makam Islam di Tralaya yang berasal
dari abad ke-13 M merupakan bukti berkembangnya komunitas Islam, termasuk di
pusat kekuasaan Hindu- jawa ketika itu. Namun sumber sejarah yang sahih yang
memberikan kesaksian sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan tentang
berkembangnya masyarakat Islan di Indonesia, baik berupa prasasti dan
historigrafi tradisional maupun berita asing, baru terdapat ketika “Komunitas
Islam” berubah menjadi pusat kekuasaan.
Ada dua faktor
utama yang menyebabkan Indonesia mudah
dikenal oleh bangsa-bangsa lain, khususnya oleh bangsa-bangsa di Timur Tengah
dan Timur jauh sejak dahulu kala, yaitu:
1. Faktor letak geografisnya yang strategis. Indonesia berada
dipersimpangan jalan Raya Internasional dari jurusan Timur Tengah menuju
Tiongkok, melalui lautan dan jalan menuju benua Amerika dan Australia.
2. Faktor kesuburan tanahnya yang menghasilkan bahan-bahan keperluan
hidup yang dibutuhkan oleh bangsa-bangsa lain.
Sampai berdirinya
kerajaan-karajaan Islam itu, perkembangan Islam di Indonesia dapat dibagi
menjadi 3 (tiga) fase:
1. Singgahnya pedagang-padagang Islam di pelabuhan Nusantara,
sumbernya adalah berita luar Negeri, terutama Cina.
2. Adanya komunitas- komunitas Islam di beberapa daerah kepulauan
Indonesia, sumbernya disamping berita-berita asing, juga makam-makam Islam.
3.
Berdirinya kerajaan- kerajaan Islam[6].
[7]Dari paparan diatas dapat dijelaskan bahwa tersebarnya Islam ke
Indonesia adalah melalui saluran- saluran sebagai berikut:
a.
Perdagangan yang mempergunakan pelayaran.
b.
Dakwah, yang di lakukan oleh mubaliq yang berdatangan bersama para
pedagang, para mubalq itu bisa jadi juga para sufi pengembara.
c.
Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang muslim, mubaliq dengan
anak bangsawan indonesia. Hal ini akan mempercepat terbentuknya inti sosial,
yaitu keluarga muslim dan masyarakat muslim. Dengan perkawinan itu secara tidak
langsung orang muslim tersebut status sosialnya di pertinggi dengan sifat
kharisma kebangsawanan. Lebih-lebih apabila pedagang besar kawin dengan putri
raja, maka keturunanya akan menjadi pejabat birokrasi, putra mahkota kerajaan
dan lain-lain[8].
d.
Pendidikan, setelah kedudukan para pedagang mantap, mereka
menguasai kekuatan ekonomi di bandar-bandar seperti gresik. Pusat-pusat
perekonomian itu menjadi pusat pendidkan dan penyebaran islam. Pusat-pusat
pendidkan dan dakwah islam di kerajaan Samudrai Pasai berperan sebagai pusat
dakwah pertama yang didatangi pelajar-pelajar dan mengirim mubaliq lokal,
diantaranya mengirim Maulana Malik Ibrahim ke Jawa. Selain menjadi pusat-pusat
pendidikan, yang disebut pesantren, di Jawa juga merupakan markas pengembangan
kader-kader politik[9].
e.
Tasawuf dan Tarekat, sudah diterangkan bahwa bersamaan dengan
pedagang, datang pula para ulama, da’i dan sufi pengembara. Para ulama atau
sufi itu ada yang kemudian diangkat menjadi penasehat atau penjabat agama di
kerajaan. Di Aceh ada Syaikh Hamzah Fansuri, Syamsudin Sumatrani, Nuruddin
ar-Raniri, Abd. Rauf Singkel. Demikian juga kerajaan-kerajaan di Jawa mempunyai
penasihat yang bergelar Wali, yang sering dikenal dengan Wali Songo.
f.
Kesenian, saluran yang banyak sekali dipakai untuk penyebaran Islam
terutama di Jawa adalah Seni. Wali Songo terutama Sunan Kali Jaga,
mempergunakan banyak cabang seni, untuk Islamisasi, seni Arsitektur, gamelan,
wayang, nyanyian dan seni busana[10].
Proses penyebaran Islam di Indonesia
Proses
masuknya Islam di Indonesia berlangsung secara bertahap melalui para pedagang
muslim yang berasal dari bahasa Arab dan Farsi. Jalur penyiaran Islam ke
Indonesia berlangsung melalui dua jalur yang bertemu di Gujarat.
Dari
pertemuan di Gujarat tersebut, mereka kemudian menuju ke Asia Tenggara, yaitu
Bumi Nusantara. Dengan Demikian, Gujarat merupakan batu loncatan para pedagang
Arab dalam menyebarkan Islam di Indonesia.
Adapun
penyebaran agama Islam di Bumi Nusantara dilakukan melalui tiga cara, yaitu[11]:
1.
Perdagangan
2.
Pernikahan
3.
Pembebasan budak, ketika para saudagar muslim Arab datang ke
Indonesia masih ada perbudakan yang dilakukan oleh para pedagang yang beragama
lain. Orang-orang kaya menjadikan orang-orang miskin sebagai budak. Dengan
kasih sayangnya, para saudagar muslim kemudian memberi dan membebaskan para
budak. Karena merasa diperlakukan dengan adil oleh para saudagar muslim, mereka
pun akhirnya dengan sukarela masuk agama Islam.
Akhirnya, Islam menyebar ke seluruh tanah air Indonesia dengan
lancar. Pemeluknya semakin tahun semakin bertambah hingga saat ini. Cinta dan
Perdamaian itulah yang menjadi kunci paling penting dalam proses penyebaran
Islam di Indonesia. Dengan demikian, tidak benar jika ada yang mengatakan Islam
disebarkan dengan pedang dan kekerasan.
Pengaruh Islam Terhadap Peradaban Bangsa Indonesia
Bangsa
Indonesia sebelum menerima agama islam telah mempunyai agama dan kepercayaan,
yaitu agama Hindu, Budha, serta Animisme dan Dinamisme. Disamping itu
masyarakat Indonesia telah memiliki peradaban sebelum kedatangan Islam, seperti
peradaban Megalithicum dan peradaban
yang merupakan perpaduan antara peradaban lokal dan peradaban Hindu-Budha.
Secara sosiokultural, pengaruh Islam terhadap peradaban bangsa
Indonesia dapat dibedakan menjadi beberapa hal berikut:
v Pengaruh Adat
Istiadat
v Pengaruh
kesenian
v Pengaruh Bahasa
dan Nama
v Pengaruh
Politik
B.
Ulama – ulama Awal di Indonesia
Penyebaran
agama Islam di Indonesia, terutama di Jawa dilakukan oleh Wali Songo. Selain
itu, penyebaran juga dilakukan oleh para ulama, seperti Syekh Bentong yang
berdakwah disekitar Lawu, Sunan Bayat melakukan dakwah di Klaten, Syekh
Majagung, Sunan sendang Duwur, dan Sunan Marapen.
Selain
berkembang pesat di pulau Jawa, Islam juga berkembang dibeberapa pulau lainnya
Di Indonesia. Dakwah islam juga dilakukan beberapa ulama besar, yaitu[12]:
·
Dato’ ri Bandang, ulama yang berdakwah dan menyebarkan agama islam
di daerah Gowa, Makasar.
·
Dato’ Sulaeman, ulama yang berdakwah dan menyebarkan agama islam di
daerah Sulawesi Tengah dan Utara.
·
Tuan Tunggang ri Parangan, ulama yang berdakwah dan menyebarkan
agama islam di Kalimantan Timur.
·
Penghulu Demak, ulama yang berdakwah dan menyebarkan agama Islam di
daerah Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
C.
Walisongo
Para walisongo
ditinjau dari kepribadian dan perjuangan dakwahnya termasuk kekasih Allah. Dan ditinjau
dari tugas dan fungsinya dalam kerajaan Demak, mereka adalah para penguasa
pemerintahan. Oleh karena itu, mereka mandapat gelar susuhunan (sunan), yaitu
sebagai penasihat dan pembantu raja. Dengan demikian maka sasaran pendidikan
dan dakwah Islam meliputi rakyat umum dan kalangan pemerintahan.
1.
Maulana Malik Ibrahim
Nama lain dari Maulan Malik Ibrahim adalah Maulana Magribi, dan
Maulana Ibrahim. Terjadinya perbedaan pendapat mengenai asal mula dari Maulan
Ibrahim ini. Menurut tradisi atau Babad Jawa, beliau adalah seorang ulama dari
tanah arab, keturunan Zainal Abidin, cicit Nabi Muhammad Saw. Sementara itu
Hamka menulis bahwa beliau berasal dari Kasyan, persia, dan seorang bangsa Arab
keturunan Rasulullah yang datang ke Jawa sebagai penyebar agama Islam.
Pola dakwah yang dikembangkan oleh beliau, adalah sebagai berikut[13]:
a.
Bergaul dengan para remaja
b.
Membuka pendidikan pesantren
2.
Sunan Ampel
Gelar sunan ampel adalah Raden Rahmat, sedangkan nama mudanya Ahmad
Rahmatullah. Beliau adalah putra dari Ibrahim Asmorokokandi seorang Ulama
Kamboja yang kemudian menikah dengan Putri Majapahit.
Beberapa
pola dakwah yang dikembangkan oleh Sunan Ampel adalah:
a. Menyerukan dan melanjutkan perjuangan yang telah dilakukan oleh
wali yang sebelumnya. Yaitu dengan mengadakan pendidikan bagi masyarakat,
khusus bagi para kader bangsa dan para mubaligh.
b.
Menyiapkan dan melatih generasi-generasi Islam yang dapat
diandalkan.
c. Membangun hubungan silahturahmi dan persaudaraan dengan putra
pertiwi (pribumi), yaitu dengan menikahkannya dengan putri daerah setempat.
d.
Mempelopori pendirian Mesjid Agung Demak. Mesjid tersebutlah yang
kemudian dirancang sebagai sentral seluruh aktivis pemerintahan dan sosial
kemasyarakatan.
e.
Melebarkan wilayah dakwahnya, yaitu dengan mengutus para
kepercayaannya untuk berdakwah kewilayah lain.
3.
Sunan Giri
Nama lain dari Sunan Giri adalah Jiko Samudro, Raden Paku, Prabu
Satmata. Selain nama tersebut beliau juga memiliki gelar yaitu Sunan Abdul
Fiqih.
Sunan Giri adalah seorang Da’i sekaligus ulama ulung yang dibekali
pengetahuan agama yang cukup memadai. Dalam syiar dakwah yang pertama kali
dilakukannya adalah dengan mendirikan mesjid. Dan kemudian beliau mendirikan
beberapa pondok pesantren dan mengajarkan ilmu-ilmu agama, seperti ilmu fiqh,
ilmu hadist, serta nahu dan saraf kepada anak didiknya.
Pola
dakwah yang telah dikembangkan oleh beliau adalah:
a.
Membina da’i kader inti. Yaitu mereka yang dididik diperguruan
tinggi.
b. Mengembangkan islam keluar jawa. Pola dakwah yang dikembangkannya
dan tidak dilakukan wali-wali sebelumnya adalah usahanya mengirim anak muridnya
ke plosok-plosok Indonesia untuk menyiarkan Islam.
c.
Menyalenggarakan pendidikan bagi masyarakat secara luas
4.
Sunan Kudus
Sunan Kudus alias R. Amin Haji menantu Sunan Bonang (namanya yang
lain Syekh Jafar Al-sadiq) mendalami ilmu syariat. Tuganya menjadi hakim Tinggi
di Demak dan menjadi Panglima militer. Bidang hukum syariat yang mendapat
perhatian lebih khusus adalah bidang muamalat.
5.
Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel. Sunan bonang menaruh perhatian
yang besar pada bidang kebudayaan dan kesenian. Daerah operasinya ialah antara
Surabaya dan Rembang. Beliau mengarang lagu-lagu gending Jawa yang berisi
tentang keislaman, antara lain tembang mocopat.
Pola dakwah yang dikembangkan oleh beliau adalah:
a. Pemberdayaan dan peningkatan jumlah dan mutu kader da’i. Yaitu
dengan mendirikan pendidikan dan dakwah Islam.
b.
Memasukan pengaruh Islam kedalam kalangan bangsawan keraton
Majapahit.
c.
Terjun langsung ketengah-tengah masyarakat.
d.
Melakukan kodifikasi atau pembukuan dakwah.
6.
Sunan Drajat
Sunan Drajat alias R. Qasim alias Syafarudin adalah putra Sunan
Ampel, adik dari Sunan Bonang, menjadi penasihat dan pembantu R.Fatah dalam
pemerintahan. Pehatiannya secara khusus ditunjukan pada kesejahteraan sosial
dari para fakir miskin, menorganisir amil, zakat dan infak. Beliau menganjurkan
hidup sederhana dan selalu tirakat baik kepada para santrinya, kepada rakyat
dan kepada para pembesar negara Demak.
7.
Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau nama lengkapnya adalah Syarif Hidayatullah
putra dari Syarif Abdullah dan Nyai Larasantan. Sunan Gunung Jati selain
seorang da’i juga dikenal sebagai pahlawan bangsa yang gigih melawan penjajahan.
Strategi metode pengembangan dakwah yang dilakukan oleh beliau
lebih terfokus pada job description
atau pembagian tugas diantaranya adalah dengan melakukan:
a. Melakukan pembinaan intern kesultanan dan rakyat yang masuk dalam
wilayah Demak di Tangan Wali Senior.
b. Melakukan pembinaan terhadap luar daerah dengan menyerahkan
tanggung jawabnya kepada para pemuda.
8.
Sunan KaliJaga
Raden
Mas Syahid atau Sunan Kalijaga menikah dengan putri Maulana Ishak. Dengan
demikian, Sunan Kalijaga adalah ipar Sunan Giri dan Sunan Bonang. Sunan
Kalijaga berdakwah menerobos pengaruh Hindu yang memang sudah sangat kuat di
masyarakat Jawa. Beliau menggunakan seni wayang sebagai media dakwah, karena
kesenian tersebut adalah kesenian yang sangat disenangi dan berkembang disana.
Cerita-cerita dalam wayang dibuat sedemikan rupa sehingga unsur dakwah masuk
dengan sangat baik. Sebenarnya menjadikan seni sebagai media dakwah adalah hal
yang baru pada masa itu, baik di masyarakat atau lingkungan kraton. Dalam waktu
tidak terlalu lama Sunan Kalijaga berhasil mengIslamkan masyarakat dan
lingkungan keraton dengan pendekatan dakwah melalui kesenian. Beliau wafat dan
dimakamkan di Kadilangu, Demak, Jawa Tengah.
9.
Sunan Muria
Sunan
Muria adalah putra Sunan Kalijaga. Sunan Muria mewarisi darah darah seni dari
orang tuanya. Beliau memamfaatkan seni budaya Jawa sebagai media dakwah kepada
masyarakat. Beliau berdakwah sampai ke daerah pedalaman Kudus dan Gunung Muria
sehingga Islam pun berkembang samapi ke pelosok desa.
Peranan Wali Songo dalam Pengembangan Islam di Indonesia
Wali
Songo mempunyai peranan penting dalam penyebaran Islam di Indonesia, khususnya
di pesisir pantai pulau Jawa. Daerah yang menjadi sasaran dakwah Wali Songo
adalah pesisir pantai Gresik di Jawa Timur hinga Cirebon dan Banten.
mengIslamkan
pulau Jawa adalah prestasi besar bagi para Wali Songo, karena kemajuan Jawa
akan sangat mempengaruhi penyebaran Islam ke daerah lainnya. Pulau Jawa dengan
kepadatan penduduknya dan menjadi pusat pemerintahan bangsa Indonesiatentu akan
sangat potensial untuk dijadikan contoh dakwah bagi daerah lain.
Dalam
cacatan sejarah, dakwah penyiaran Islam tentu belum ada sampai saat ini
sembilan Ulama terkemuka muncul pada waktu bersamaan dan berdakwah pada satu
pulau yang sama. Kepiawan dan keuletan para wali dalam berdakwah telah
mewariskan semangat keIslaman bagi para da’i saat ini sampai masa yang akan
datang.
Banyak
hikmah yang dapat kita jadikan Ibrah atau pelajaran dari perajalan dakwah Wali
Songo . beberapa Hikmah yang dapat kita ambil dan kita teladani antara lain:
Ø Wali Songo
terkenal sebagai para ulama yang mempunyai Ilmu pengetahuan yang tinggi,
khususnya ilmu agama Islam.
Ø Kecerdasan dan
kesalehan para Wali membuat mereka bukan hanya diterima sebagai ulama oleh
masyarakat, tetapi mereka juga diterima ikut membangun pemerintahan.
Ø Pendekatan
dakwah melalui kesenian merupakan terobosan luar biasa bagi para Wali dalam
berdakwah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan/
Analisis :
Dari beberapa
literatur yang kami muat dalam makalah kami tentang sejarah masuk dan
berkembangnya islam di indonesia, dapat kami simpulkan dengan merujuk dan
berdasarkan hasil seminar Nasional tentang Masuknya Islam di indonesiayang di
adakan di Medan pada tahun 1963. Kegiatan seminar ini merupakan petunjuk adanya
keinginan besar dari ulama dan kaum intelektual muslim Indonesia untuk menggali
dan menemukan kebenaran sejarah Islam di Indonesia untuk diwariskan kepada
generasi yang akan datang. Secara khusus pula, adanya seminar ini merupakan
bukti bahwa majelis ulama Daerah Istimewa Aceh mampu melaksanakan
program-programnya yang telah disusun. Hasil yang akan diperoleh dari seminar
ini akan sangat besar artinya bagi umat Islam Indonesia dan bagi bahan
penulisan kembali sejarah tanah air, khususnya mengenai islam.
Kita semua
mengetahui bahwa penulisan tentang sejarah Islam di Indonesia selama ini masih
didominasi oleh versi sarjana-sarjana Barat yang dalam penilaian kita banyak
terdapat kekeliruan, baik sengaja maupun tidak sengaja, adalah tanggung jawab
dari kita bersama, tanggung jawab ulama dan para intelektual Muslim Indonesia
untuk meluruskan atau memperbaiki kekeliruan-kekeliruan tersebut . apabila kita tidak segera
mengoreksinya, maka kita akan mewariskan sesuatu yang salah kepada generasi
kita yang akan datang.
Kita merasa
bersyukur bahwa dalam dua dekade telah tumbuh kesadarn dari para sarjana dan intelektual
Muslim Indonesia untuk melakukan penelitian dan penulisan kembali terhadap
sejarah di Indonesia.tokoh-tokoh muda mula bermunculan , walaupun belum banyak,
untuk meneruskan usaha penulisan Sejarah Islam yang telah dirintis oleh
tokoh-tokoh sebelimnya seperti H. Agus Salim (Alm). H. Abubakar Aceh (alm),
Prof.Dr.Hamka dan lain-lain.
Dalam seminar
masuknya Islam di Indonesia yang diadakan di Medan tahun 1963 menurut penilaian
kami adalah merupakan langkah awal yang penting dari upaya kita menggali dan
menemukan kembali fakta sejarah masuknya Islam ke Indonesia yang menjembatani
isolasi. Hasil seminar di Medan itu merupakan koreksi total terhadap
kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh penulis-penulis sebelimny, khususnya
versi dari orientasi-orientasi Barat.
Dalam kita
mempelajari sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia kita dapat
mengambil kesimpulan yang diantaranya seperti disimpulkan dalam seminar di
Medan, beberapa hal penting yang dapat kita ambil, diantaranya:
Pertama,
bahwa agama Islam telah
berangsur-angsur datang ke Indonesia sejak abad-abad pertama Hijrah atau
sekitar abad ke 7 dan ke 8 dan langsung dari Arab.
Kedua,
penyiaran agama Islam di Indonesia
adalah dengan cara damai, bukan dengan pedang dan kekuasaan.
Ketiga,
kedatangan Islam di Indonesia
membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian
Indonesia.
Usaha penulisan
sejarah Islam Indonesia yang dapat dipertanggung jawabkan dan bebas dari
konsepsi orientasi yang kurang objektif dewasa ini dirasakan semakin mendesak.
Sebab selain adanya versi orientasi yang tidak objektif seperti dikemukakan
diatas, masih banyak pula versi yang berisi dongeng legenda tentang penyiaran
agama islam dan tokoh-tokoh mubaligh terdahulu. Kasus riwayat walisongo dalam
macam-macam versi dari sendi yang satu sama lain adalah contoh yang faktual.
Koreksi yang dilakukan oleh Buya melalui bukunya “Antara Khayal dan Fakta”
harus diikuti oleh para ahli sejarah yang lain. Sehingga kita memperoleh
nilai-nilai kebenaran daripada sejarah kita lama dari orientasi Barat yang
sering menggelapkan fakta sejarah yang sebenarnya dapat di akhiri. Untuk itu
barang kali kita perlu memekirkan adanya semacam usaha yang terencana bagi
program penulisan itu, dengan jalan
antara lain menumbuhkan kegairahan menulis dan mendorong para ahli-ahli
sejarah kita agar melakukan penulisan sejarah Islam Indonesia.
Islam datang ke
nusantara membawa Tamaddun / kemajuan/
kecerdasan.
Sudah menjadi
konsensus umum dikalangan para sejarahwan diseluruh dunia, baik dari Barat
maupun dari Timur, bahwa bangkitnya Islam pada abad ke 8 masehi, atau 1400
tahun perhitungan hijriyah, telah membangun suatu Dunia baru, dengan dasar
pemikiran baru, cita-cita baru serta kebudayaan dan peradaban baru pula.
Seperti halnya
dengan tiap-tiap peradaban dunia, maka peradaban dunia Islam yang selama 4 ½
abad sudah kelihatan berkembang baik, kemudian mengalami kemunduran. Menurut
Orientalis Inggris Lothrop Stoddard dalam bukunya: “The New World of Islam”,
terbitan tahun 1922, sebab kemunduran Dunia Islam adalah “Superstition and
mysticim”, ketakhyulan dan mistik yang merusak tauhid.
Dari
fakta-fakta sejarah diatas, maka kesimpulan-kesimpulan yang dapat kami tarik
adalah antara lain sebagai berikut:
1) Dalam menghadapi “interrupsi
historis” dari pihak luaran, yaitu berupa penetrasi ekonomi, agressi bersenjata
dan infiltrasi keagamaan kristen oleh pihak kolonialisme Belanda, maka Islam di
Indonesia menumbuhkan dan menyuburkan jiwa patriotisme anti kolonial, yang
menyala-nyala, serta semangat herois fanatisme yang pantang menyerah.
2) Selain itu. Islam terus
memperkembangkan suatu susunan masyarakat yang tetap berdikari, baik dengan
semangat “herodianisme” maupun “zealotisme”, tetapi yang tetap berjiwa
non-kooperatif terhadap masyarakat kolonialisme Belanda itu.
3) Dengan demikian Islam berusaha keras
mempertahankan kepribadiannya bangsa indonesia. Sedangkan ajaran-ajaran Islam
tidak lagi tersebar di kota-kota pelabuhan dan seliruh daerah pesisir kepulauan
Nusantara, dan yang menumbuhkan corak tertentu, yaitu “urban Islam” tetapi
ajaran-ajaran Islam mulai meluas masuk ke daerah pedalaman dengan berbagai desa
dan tanah pegununganya,dan yang menumbuhkan “nuansa islam” dengan corak
tertentunya ditengah-tengah alam pinggiran desa dan pegunungan.
4) Dan sekalipun kolonialisme Barat
itu, terutama dengan keunggulan teknologi dan kepandaian mengadu dombanya,
dapat mematahkan perlawanan bangsa Indonesia di berbagai daerah, namun
menjelang akhir abad ke XIX samapi ke permulaan abad ke XX M,perlawanan jiwa
Islam malahan meningkat di Aceh.
5) Selam 3 atau 4 abad,
ditengah-tengah penindasan dan
pengekangan kolonialisme, ajaran-ajaran Islam dapat menumbuhkan jiwa
Patriotisme sebagai bagian dari Iman “Hubbul wathon minal iman” yang
berorientasi ke arah persatuan seluruh kepulauan Nusantara, dan yang ternyata
kelak merupakan salah satu landasan yang kokoh kuat bagi bangkitnya
Nasionalisme Indonesia pada permulaan Abad ke XX Masehi.
Sewaktu Islam datang untuk pertama kalinya ke Indonesia, maka tidak
lama kemuian menghadapi suatu interrupsi sejarah. Suatu “historiche
interrupsi”, yang memotong jalan perkembangan sejarah kita sebagai bangsa yang
merdeka. Interrupsi sejarah itu berupa kedatangan kolonialisme Barat , terutama
dengan bercokolnya kolonialisme Belanda. Sehingga Islam, yang pada waktu itu
sedang berdakwah di tengah-tengah masyarakat feodal agraris terlapis oleh agama
Hindu-Budha, harus berhadapan juga dengan nafsu kolonialisme Barat, dengan
usaha kekristenisasinya. Dapat dimengerti bahwa dengan begitu dakwah Islamiyah
tidaka dapat berjalan lancar.
Berikut kesimpulan tentang apa yang di bawa oleh Islam pada waktu
datangnya, dan bagaimana sikap Islam selama zaman penjajahan atau selama di
“interrupsi” oleh kolonialisme dalam sejarah bangsa kita. Secara singkat kami
ulangi di sini, bahwa :
§
Islam membawa ke Tanah Air kita
suatu pandangan religius monotheistis yang maju sekali.
§
Islam membawa juga suatu cara hidup
yang baru yang merupakan suatu “liberating force” bagi susunan masyarakat
feodalisme dengan sistim kasta pada waktu itu.
§
Islam ikut menumbuhkan juga jiwa
patriotisme dan Nasionalisme Indonesia,
serta ikut memperkembangkan dan me”religieus”kan paham-paham serta cita-cita socio
politik modern, separti paham Demokrasi dan Sosialisme.
§
Menjelang proklamasi Kemerdekaan,
Islam ikut melahirkan ideologi dan dasar Negara Pancasila.
Segi –segi negatif, yang melekat pada Islam sejak datangnya dulu
sampai menjelang zaman Kemerdekaan Nasionalisme kita sekarang ini adalah antara
lain :
§ Fanatisme
§ Intoleransi
§ Kolotisme
§ Formalisme kosong
Kerajaan
–kerajaan Islam di Indonesia
Peranan para mubalig dalam menyiarkan Agama Islam di Indonesia
ternyata memetik hasil yang menggembirakan. Hal ini terbukti dengan banyaknya
masyarakat yang memeluk agama Islam dan berdirinya kerajaan –kerajaan yang menjadikan
Islam sebagai agama. Berikut kerajaan- kerajaan tersebut:
1.
Kerajaan Perlak
2.
Kerajaan Samudra Pasai
3.
Kerajaan Aceh
4.
Kerajaan Demak
5.
Kerajaan Tallo
6.
Kerajaan Sukadana, Banjar dan Kutai
Peranan
Samudra Pasai dalam penyebaran Islam Awal di Indonesia
Samudra Pasai adalah alur perdagangan yang sangat ramai dikunjungi
oleh para pedagang dari berbagai dunia. Samudra Pasai dari tahun ke tahun
semakin berkembang pesat dan hal ini sangat mempengaruhi perkembangan syiar
Islam kepada masyarakatdan para edagang yang berasal dari berbagai dunia. Para
pedagang dari berbagai penjuru Nusantara pun tidak menyia-nyiakan kesempatan
berharga ini. Mereka datang untuk berdagang dan sekaligus menuntut ilmu agama
Islam kepada para ulama terkenal saat itu.
Kerajaan Samudra Pasai menjadi awal perkembangan Islam yang sangat
berpengaruh terhadap syiar Islam ke seluruh Nusantara. Bahkan dalam
perkembangan selanjutnya, kerajaan Samudra Pasai telah mengadakan hubungan
dagang dengan Sultan Delhi dari India. Ketika Sultan Delhi mengutus Ibnu
Batutah pergi ke Cina, ia singgah di Samudra Pasai. Kerajaan Islam Samudra
Pasai telah mewariskan sejarah perkembangan syiar Islam pada masa awal
pertumbuhan Islam di Nusantara. Di Samudra Pasai inilah awal perkembangan Islam
Nusantara.
Peninggalan
Kerajaan Islam di Indonesia
Berbagai karya cipta para kaum muslimin ditanah air juga bertebaran
dimana-mana yang melambangkan kejayaan Islam di masa lalu. Adapun berbagai
peninggalan kerajaan Muslim di Indonesia antara lain:
1.
Mesjid Menara Kudus di daerah Loran yang dibangun pada tahun 1549
oleh Ja’far Sadiq atau Sunan Kudus.
2.
Mesjid Agung Demak adalah mesjid tertua di Jawa yang di bangun oleh
Wali Songo bersama Raden Patah penguasa kesultanan Demak.
3.
Mesjid Agung kesepuluh Cirebon yang dibangun oleh Sunan Gunung Jati
(1448-1570 M).
4.
Mesjid Agung Banten yang dibangun pada masa pemerintahan Maulana
Hasanuddin pada abad ke XVI.
5.
Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh dibangun pada masa kesultanan
Aceh pada tahun 1514 M.
DAFTAR PUSTAKA
Sunanto Musyrifah,Sejarah
Peradaban Islam Indonesia (Jakarta:Raja Grafindo Persada;2005)
Gustave
E.Von Grunebaum (Ed),Islam Kesatuan dalam
Keragaman,(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,1983)
Marwati
Djoned Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional II(Jakarta:Balai Pustaka;1984)
Taufik Abdullah, Sejarah Umat
Islam Indonesia,(Jakarta:Majelis Ulama Indonesia;1991)
J.C.Van Leur, Indonesian
Trade and Society (Bandung:Sumur Bandung;1960)
Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada;2007)
Sunanto
Musyrifah,Sejarah Peradaban Islam
Indonesia,Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,2005
Uka Tjanrasasmita, Sejarah
Nasional III (Jakarta:PN Balai Pustaka;1976)
Azyumardi,Renaisan Islam Asia Tenggara,sejarah Wancana
dan Kekuasaan (Bandung:PT Remaja Rosda Karya;1999)
Ishaq Rusli dan Ummah Zaenatul,Sejarah
Kebudayaan Islam MA Kelas XII,(Jakarta:Arya Duta;2007)
Abas
Wahid dan Suratno,Khazanah Sejarah
Kebudayaan Islam,(Solo;PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
Wahyu Ilahi & Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah,(Jakarta:Persada Media Group;2007)
Hasymy.A,Sejarah Masuk dan
Berkembangnya Islam di Indonesia,pt almatarif:1993
[1] Sunanto Musyrifah,Sejarah
Peradaban Islam Indonesia (Jakarta:Raja Grafindo Persada;2005),Hal 1.
[2] Gustave E.Von Grunebaum (Ed),Islam
Kesatuan dalam Keragaman,(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,1983),Hal.6.
[3] Marwati Djoned Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional II(Jakarta:Balai
Pustaka;1984), Hal.2.
[4] Taufik Abdullah, Sejarah Umat
Islam Indonesia,(Jakarta:Majelis Ulama Indonesia;1991), Hal.3.
[5] J.C.Van Leur, Indonesian Trade
and Society (Bandung:Sumur Bandung;1960),Hal.122
[6] Badri Yatim, Sejarah Peradaban
Islam (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada;2007),Hal.192-193.
[7] Sunanto Musyrifah,Sejarah
Peradaban Islam Indonesia,Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,2005,Hal.10-11
[8] Uka Tjanrasasmita, Sejarah
Nasional III (Jakarta:PN Balai Pustaka;1976),Hal.86
[9] Taufik Abdullah,Sejarah Umat
Islam Indonesia...Hal.118
[10] Azyumardi,Renaisan Islam Asia
Tenggara,sejarah Wancana dan Kekuasaan (Bandung:PT Remaja Rosda
Karya;1999),Hal.34
[11] Ishaq Rusli dan Ummah Zaenatul,Sejarah
Kebudayaan Islam MA Kelas XII,(Jakarta:Arya Duta;2007), Hal.65
[12] Abas Wahid dan Suratno,Khazanah
Sejarah Kebudayaan Islam,(Solo;PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri),Hal.109
[13] Wahyu Ilahi & Harjani Hefni, Pengantar
Sejarah Dakwah,(Jakarta:Persada Media Group;2007)Hal.174