Thursday, May 30, 2013

Khulafaur Rasyidin

  1. Khalifah Abu Bakar As-Sidiq
Sebagai pengaanti umat islam setelah Rasul, Abu bakar disebut Khalifah Rasulillah (Pengganti Rasul) yang dalam perkembangan selanjutnya disebut khalifah saja. Khalifa adalah pemimpin yang diangkat sesudah nabi wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemeritahan.

Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi pada pemerintah madinah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan nabi Muhammad dengan sendirinya batal setelah Nabi wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayahakan agama dan pemerintahan., Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid ibn walid adalah jendral yang banyak berjasa dalam perang Riddah ini.
Nampaknya kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasulullah bersifat sentral, kekuasaan legeslatif, eksekutif, dan yudikatif terpusat di tangga Khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian seperti juga Nabi Muhammad, Abu Bakar selalu megajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.
Setelah menyelesaikan usrusan perang dalam negeri, berulah Abu Bakar mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke irak dan dapat menguasai al-hijrah di tahun 634M. Sedangkan ke Syiria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat jendral yaitu: Abu Ubaidah, Amr Ibn Ash, Yazib ibn Abi sufyan, dan Syurahbil. Sebelumnya pasuka dipimpin oleh Usamah yang masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini. Khalid ibn Walid diperintahkan meninggalkan irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia sampai ke Syiria.
Abu Bakar meninggal dunia sememntara barisan depan pasukan islam sedang mengancam palestina, irak, dan kerajaan hijrah. Ia diganti oleh tangan kanannya “Umar ibn Khatab. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat. Ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar sebagai penggantinny dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan dikalangan umat islam. Kebijaksaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera beramai-ramai membaiat Umar. Untuk meyebut dirinya Khalifah-khalifah Rasulillah (pengganti dari pengganti Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir Al-Mu’minin (komandan orang-orang yang beriman)[1].

  1. Khalifah Umar ibn Khattan
Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan kekuasaan) pertama terjadi di ibu kota Syiria, dan Damaskus jatuh pada tahun 635M dan setahun kemudian, setelah tentara bizantium kalah I pertempuran yamruk, seluruh daerah Syiria jatuh dibawah kekuasaan islam.  Dengan memakai Syiria sebagai basis, ekspansi dibawah pimpinan  Amir ibn Ash dan Irak dibawah pimpinan Sa’an ibn Waqash. Iskandaria ibu kota mesir ditakhlukkan pada tahun 641M. dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641M, Mosul dapat dikusai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar wilayah kekuasaan islam sudah meliputi Jazirah Arab, palestian, Syiria. Sebgaian besar wilayah Persia dan Mesir.
Administrasi dimasa Umar ibn Khattab
Karena daerah perluasan terjadi semakin cepat, umar segera megatur administrasi Negara dengan mecontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Admnistrasi di atur menjadi delapan wilayah propinsi yaitu: Mekkah, Madinah, Syiria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan system pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban.
Masa Pemerintahan Umar Ibn Khattab
Umar memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). masa jabatannya berkhir dengan kematian dia dibunuh oleh seorang budak dari Persia yang bernama Abu lu’lu’ah. Untuk menggantikannya, umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar. Dia membentuk enam orang sahabat yang meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang dari mereka mejadi khalifah. Diantaranya yaitu: Usman, Ali, Tahlhah, Zubair, Sa’an Ibn Abi Waqqas, Dan Abdurrahman Ibn ‘Auf. Setelah Umar mafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Usman sebagai khalifah, melalui persaingan yang agak ketat dengan Ali ibn Abi Thalib[2].

  1. Khalifah Usman ibn Affan
Masa pemerintahan Usman (644-655 M), yaitu: Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi islam pertama berhasil sampai di sini.
Pemerintahan Usman
Masa pemerintaha Usman berlangsung selama 12 tahun. Pada peroh terkhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat islam terhadapny. Kepemimpinan Usman memang sudah sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini mungkin karena umurnya yang lanjut (diangkat dalam usia 70 tahun) dan sifat yang lemah lembut. Akhirnya pada tahun 35 H/ 655 M, Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang kecewa itu.
Faktor Yang Menyebabkan Kekecewaan
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat kecewa terhadap kepemimpinan Usman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting antaranya adalah Marwan ibn Hakam, diala pada dasarnya yang menalankan pemerintahan, sedangkan Usman hanyalah menyandang gelar Khalifah. Setelah banyak keluarga yang benyak duduk dalam jabatan-jabatan peniting, Usman laksana boneka dihadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalah bawahan. Harta kekayaan Negara oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa control oleh Usman sendiri.
Meskipun demikian tidak berarti bahwa pada masanya tidak ada kegiatan-kegiatan yang penting. Usman berjasa membangun bendungan untuk menjaga urus banjir yang besar dan megatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, dan memperluas mesjid nabi di Madinah[3].

  1. khalifah Ali ibn Abi Thalib
Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai khlaifah. Ali memerintah selama enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang diangkat oleh Usman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada Negara, dan memakai kembali system distribusi pajak tahunan di antara orang-orang islam sebabagaimana pernah diterapkan Umar.
Pemeberontakan
Tidak lama setelah itu Ali ibn Abi Thalib menghadapi pemerotakan dari Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Alasan mereka ali tidak mau menghukum para pembunuh Usman, dan mereka menuntut bela terhadap darah Usman yang telah ditumpahkan secara zalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindarim perang. Dia mengirim kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajaka mereka ditolak. Akhirnya pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perag ini dikenal dengan nama  “Perang Jamal (unta)”. Karena Aisyah dalam pertempuran itu menunggang unta. Ali berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim ke Madinah.
Bersama dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur di damaskus, mu’awiyah yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah memadamkan pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Ali bergerak dari kuffah menuju damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasuka mu’awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama perang shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (aribtrase), tapi tahkim timbul golongan ketiga, al-khawarij, dan orang-orang yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya di ujung barisan masa pemerintahan Ali ibn Abi Thalib umat islam terpecah menjadi tigakekuatan politik. Yaitu: Mu’awiyah, Syi’ah (pengikut) Ali, dan al-khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok al-khawarij menyebabkan tentara semakin lemah, sementara posisi Mu’awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (600 M). ali terbunuh oleh salah seorang anggota khawarij[4].


[1] Yatim Badri, sejarah peradaban islam, Jakarta, PT. rajagrafindo., cet ke-14, h. 35-36.
[2] Ibid, h.37-38.
[3] Ibid. h. 38-39.
[4] Ibid, h. 39-40.

No comments:

Post a Comment

Mohon maaf apabila terdapat komentar yang sesuai kriteria di bawah ini akan dihapus, demi kenyamanan bersama

1. Komentar berbau pornografi, sara, dan menyinggung.
2. Mencantumkan link hidup.
3. Mengandung SPAM.
4. Mempromosikan Iklan.

Terima kasih atas perhatiannya.