Friday, May 17, 2013

Strategi Pembelajaran EKSPOSITORI





Strategi Pembelajaran EKSPOSITORI
Strategi pembelajaran ekspositori menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Menurut Roy Killen dalam Wina Sanjaya (2006) menamakan strategi ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung (Direct Intruction). Dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Oleh karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan istilah strategi “chalk and talk”[1].


Pendekatan Pengalaman
Experience is the best teacher, pengalaman adalah guru yang baik. Pengalaman adalah guru bisu yang tidak pernah marah. Pengalaman adalah guru yang tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh siapa juga. Belajar dari pengalaman adalah lebih baik daripada sekedar bicara, dan tidak pernah berbuat sama sekali. Belajar adalah kenyataan yang ditunjukkan dengan kegiatan fisik. Karena itu, the proses of learning is doing, reaching, undergoing, experience. The produck of learning are all achieved by the learner his own activity. (H.C. Whitherington dan W.H. Burton, 1986; 57).
Meskipun pengalaman diperlukan dan dicari selama hidup, namun tidak semua pengalaman dapat bersifat mendidik (Educative Experience), dan ada pengalaman yang tidak bersifat mendidik (Miseducative Experience). Ciri pengalaman yang educatif adalah  berpusat pada suatu tujuan yang berarti bagi anak (Mainingful), kontinu dengan kehidupan anak, interaktif dengan lingkungan, dan menambah integrasi anak. Demikian pendapat Witherington[2].

Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda yang sedang dipelajari, baik sebenarnya maupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung.
Kelebihan Metode Demonstasi
1)      Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kelimat).
2)      Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
3)      Proses pengajaran lebih menarik.
4)      Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukan sendiri.

Kekurangan Metode Demonstrasi
1)      Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif.
2)      Fasilitas seperti  peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedai dengan baik.
3)      Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain[3].

Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Meski metode ini lebih banyak menuntut keaktifan guru daripada anak didik, tetapi metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam pengajaran.
Dapat dipahami bahwa metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan oleh guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.
Kelebihan Metode Ceramah
1)      Guru mudah menguasai kelas.
2)      Muda mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
3)      dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
4)      Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
5)      Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.

Kelemahan Metode Ceramah
1)      Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)
2)      Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) lebih besar menerimanya.
3)      Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan.
4)      Guru menyimpulakan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya, ini sukar sekali.
5)      Menyebabkan siswa pasif[4].


[1] Masitah, Kakmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Replublik Indonesia, 2009, h. 141
[2] Syaiful Bahri Djmarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, PT Rineka Cipta, 1997, h. 70-71
[3] Ibid.,h, 102-103
[4] Ibid.,h, 109-110

Emoticon Ini Tidak Untuk Komentar Lewat Facebook.Copas Kode Pada Komentar Mu....
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i:
:j: :k: :l: :m: :n: :o: :p: :q: :r:
:s: :t: :u: :v: :w: :x: :y: :z: :ab:
Previous Post Next Post Home
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

Mohon maaf apabila terdapat komentar yang sesuai kriteria di bawah ini akan dihapus, demi kenyamanan bersama

1. Komentar berbau pornografi, sara, dan menyinggung.
2. Mencantumkan link hidup.
3. Mengandung SPAM.
4. Mempromosikan Iklan.

Terima kasih atas perhatiannya.